
Perempuan Dirugikan, Ini 5 Bentuk Kesenjangan Gender di Dunia Kerja yang Masih Sering Terjadi

Saat ini sudah ada banyak perempuan yang bisa berkarier di bidang yang mereka inginkan; ini menjadi bukti bahwa perjuangan para perempuan terkait kesetaraan gender telah membuahkan hasil. Namun perjalanan masih panjang, sebab masih banyak bentuk nyata kesenjangan gender yang ditemui di dunia kerja.
Masih banyak negara di dunia ini yang melanggengkan budaya patriarki di tempat kerja, di mana pekerja pria dianggap lebih kompeten daripada pekerja perempuan. Pada akhirnya, pekerja pria bisa melaju menduduki puncak tertinggi jabatan, sementara perempuan harus berhadapan dengan karier yang stagnan, bahkan upah yang lebih rendah.
Berikut beberapa bentuk nyata kesenjangan gender di dunia kerja yang masih sering terjadi. Yuk, simak!
Perempuan Digaji Lebih Rendah dari Pria
![]() |
Kesenjangan gaji antara pria dan perempuan telah lama dibahas dan menjadi isu yang berlarut-larut. Ini adalah fakta pilu yang harus dialami perempuan di dunia kerja.
Dilansir dari International Labour Organization (ILO), secara global perempuan dibayar lebih rendah daripada pria, dengan kesenjangan upah gender diperkirakan 16 persen. Perbedaan upah ini memiliki konsekuensi negatif bagi perempuan dan keluarga mereka, dan situasinya semakin memburuk karena pandemi COVID-19.
Sementara itu di Indonesia, perempuan berpenghasilan 23 persen lebih rendah daripada pria. Padahal fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak pekerja perempuan yang memiliki gelar sarjana dibanding pekerja pria.
Namun, fakta tersebut rupanya masih belum mampu mempersempit kesenjangan upah berdasarkan gender. Bahkan pekerja perempuan dengan tingkat pendidikan sarjana mendapatkan upah yang cukup rendah dibandingkan pria.
Kurangnya Keterwakilan Perempuan di Ranah Politik
Berdasarkan data dari UN Women, hanya 21 persen perempuan yang menjabat sebagai menteri di pemerintahan, dan hanya 14 negara yang mencapai 50 persen atau lebih perempuan di kabinet. Berangkat dari fakta ini, kesetaraan gender di posisi kekuasaan tertinggi tidak akan tercapai selama 130 tahun lagi.
Menurut Elizabeth Lombardo, seorang psikolog, kurangnya sosok yang bisa dijadikan contoh dan stereotip yang melekat menjadi penyebab hal ini terjadi.
"Saya pikir itu bermuara pada dua hal: kurangnya pemodelan, dan stereotip tentang seperti apa wanita seharusnya," ungkapnya kepada Reader's Digest.
Perempuan sering dianggap terlalu 'lembut' atau sensitif untuk berada di dunia politik yang keras. Namun, jika semakin banyak perempuan yang berkecimpung di dunia politik, maka akan semakin menginspirasi perempuan lainnya untuk mengambil peran yang sama.
Pria Lebih Mungkin Menerima Kenaikan Gaji daripada Perempuan di Posisi yang Sama
![]() |
Salah satu penyebab terjadinya kesenjangan upah di dunia kerja adalah perbedaan dalam meminta kenaikan upah itu sendiri. Menurut penelitian di Harvard, hanya 7 persen perempuan yang mencoba menegosiasikan gaji saat mereka melamar pekerjaan. Perempuan cenderung lebih melamar dan menerima pekerjaan bergaji lebih rendah daripada pria dengan tingkat keterampilan yang sama.
"Banyak perempuan diajari bahwa mereka akan diberikan apa yang pantas mereka dapatkan, dan jika mereka hanya melakukan yang terbaik maka bos mereka akan melihat kerja keras mereka dan memberi mereka kenaikan gaji," kata Lombardo, dikutip dari Reader's Digest.
"Pria? Mereka hanya memintanya. Jangan biarkan orang lain mendefinisikan apa yang pantas Anda dapatkan. Lakukan penelitian Anda, putuskan sendiri nilai Anda, dan tanyakan apa yang Anda inginkan," tambahnya.
Perempuan Jarang Mendapatkan Promosi daripada Pria
Menurut sebuah studi dari LeanIn dan Mckinsey & Co, meskipun pria dan perempuan sama-sama ingin dipromosikan, perempuan 15 persen lebih kecil kemungkinannya untuk benar-benar dipromosikan.
Salah satu penyebabnya, perempuan tidak akan meminta promosi kecuali mereka merasa sudah memenuhi kualifikasi 100 persen. Sementara, pria akan tetap meminta promosi meskipun mereka hanya memenuhi setengah dari kualifikasi. Tak hanya itu, terkadang perempuan juga menolak promosi dengan alasan merawat anak-anak mereka dengan lebih baik.
Masih Sedikit Perempuan yang Menjadi Pemimpin
![]() |
Kesenjangan gender dalam kepemimpinan meningkat seiring dengan meningkatnya posisi. Menurut studi dari LeanIn, pada entry level, 52 persen adalah pria dan 48 persen adalah perempuan. Tetapi di tingkat manajer, 62 persen adalah pria dan 38 persen adalah perempuan.
Sementara di level CEO, didominasi oleh pria sebanyak hampir 80 persen.
"Ini adalah contoh sempurna dari mentalitas pria lebih cenderung mempromosikan pria lain," kata Lombardo.
Salah satu cara untuk mengatasinya adalah mendorong dan mendukung perempuan untuk menggunakan suaranya.
"Perempuan sering takut untuk berbicara karena mereka takut salah. Tidak apa-apa untuk salah. Salah tidak membuatmu menjadi seorang yang gagal," ungkapnya.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!