Queen of the Month: Hannah Al Rashid Harap Masyarakat Sadar Perempuan Bisa Jadi Pemimpin yang Hebat

Nadya Quamila | Beautynesia
Jumat, 17 Jun 2022 09:00 WIB
Pesan untuk Pekerja Perempuan: Just Do It!
Hannah Al Rashid/Foto: Beautynesia

Salah satu permasalahan terkait kesetaraan gender di Indonesia yang masih terus diperjuangkan adalah soal perempuan di dunia kerja. Isu yang seringkali ditemui yaitu soal pemenuhan hak serta perlindungan bagi tenaga kerja perempuan.

Tak hanya itu, ada banyak permasalahan dan diskriminasi yang ditemui pekerja perempuan, mulai dari kesenjangan upah, sulitnya mendapatkan cuti haid atau melahirkan, komentar seksis, standar ganda, hingga pelecehan dan kekerasan seksual di tempat kerja.

Dalam rangka memperingati Hari Buruh Nasional pada bulan Mei lalu, melalui program Queen of the Month, Beautynesia ingin mengajak pembaca untuk membuka mata dan menyadari berbagai tantangan yang dialami oleh pekerja perempuan di Tanah Air.

Beautynesia mendaulat Hannah Al Rashid, aktris, model, sekaligus aktivis yang vokal dalam menyuarakan hak-hak perempuan sebagai Queen of the Month bulan Juni 2022 ini. Perempuan kelahiran London ini sudah sering terlibat dalam berbagai kegiatan terkait kesetaraan gender.

Perempuan Masih Digaji Lebih Rendah dari Pria

Hannah Al RashidHannah Al Rashid/ Foto: Beautynesia

Salah satu bentuk kesenjangan gender di tempat kerja adalah adanya perbedaan upah antara perempuan dan pria. Di Indonesia, perempuan berpenghasilan 23 persen lebih rendah daripada pria. Padahal fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak pekerja perempuan yang memiliki gelar sarjana dibanding pekerja pria.

Menanggapi fenomena tersebut, Hannah berpendapat bahwa titik permasalahannya ada pada sistem. Menurutnya, jika stakeholder atau pemangku kepentingan didominasi oleh pria, maka yang akan terus diuntungkan adalah kaum pria.

"Kalau stakeholdernya lebih banyak perempuan, ya semoga itu akan trickle down ke perempuan-perempuan. Jadi makanya penting untuk kita punya perempuan in position of power dan leadership position, justru untuk itu, untuk mengubah, untuk mendobrak sistemnya," ungkap Hannah Al Rashid kepada Beautynesia, Senin (6/6).

Adanya susunan stakeholder yang masih didominasi oleh pria, salah satu penyebabnya adalah karena budaya patriarki.

"Kalau dari dulu pria yang pegang kuasa, mereka akan menciptakan policy yang menguntungkan mereka. Dan kalau pada dasarnya mereka juga menganggap perempuan lebih rendah, mereka juga menganggap perempuan tidak pantas untuk dibayar as much as them. Dan kita harus break that," paparnya.

Menurut perempuan yang didapuk PBB menjadi penggerak SDG (Sustainable Development Goals) dalam bidang kesetaraan gender di Indonesia, edukasi soal kesetaraan gender sangat penting.

"Jadi harapannya sih kalau kita juga punya lebih banyak edukasi mengenai kesetaraan gender, dan justru positive impact dari kesetaraan gender; it's a generational thing, kalau itu [edukasi soal kesetaraan gender] dilakukan dari kecil semoga itu akan menciptakan generasi-generasi berikutnya yang justru akan change the system. Itu yang kita butuh," pungkasnya.

Mengubah Sistem Jadi Tanggung Jawab Bersama

Hannah Al RashidHannah Al Rashid/ Foto: Beautynesia

Hannah juga menyorot fenomena di mana banyak pekerja yang enggan untuk lebih transparan dan berdiskusi soal gaji atau upah yang didapatkan. Menurut sebuah survei dari PayScale pada 2020 lalu, terbuka soal nominal gaji antar sesama rekan kerja dapat menjadi solusi untuk menutup kesenjangan upah berdasarkan gender.

"'Eh gaji lo berapa, sih?' Hal-hal itu membuat kita semua buta terhadap money. Because we don't know how much we're being paid, dan kita jadinya nggak tau kalau kita sebagai perempuan dibayarnya lebih atau kurang daripada pria," tutur Hannah.

"Mungkin dari kitanya yang justru harus have that mental financial revolution di mana kayak ya udah dibicarakan aja, karena tanpa dibicarakan, ya gue juga nggak tau kalau misalnya lawan main pria gue dapat lebih atau less than me," tambahnya.

Untuk mengubah sistem, menurut Hannah, harus menjadi tanggung jawab semua pihak dan bukan hanya tugas perempuan.

"The whole point of kesetaraan gender, at the moment posisi pria lebih tinggi dari perempuan, bukan kita minta pria untuk turun, bantu perempuan juga naik posisinya dan setara. It's not untuk merugikan siapapun," ungkap Hannah.

Pesan untuk Pekerja Perempuan: Just Do It!

Hannah Al Rashid

Hannah Al Rashid/Foto: Beautynesia

Dukung Perempuan untuk Jadi Pemimpin

Salah satu bentuk dari perjuangan kesetaraan gender adalah adanya perempuan yang kini mampu menduduki posisi sebagai pemimpin di berbagai bidang. Namun sayangnya, kesempatan perempuan untuk menjadi pemimpin masih belum terbuka luas.

Satu hal yang Hannah harapkan lebih banyak masyarakat tahu adalah soal perempuan mampu menjadi sosok pemimpin yang hebat.

“Gue berharap akan makin banyak orang yang sadar bahwa perempuan bisa menjadi pemimpin yang sangat bagus dan harus didorong justru untuk chasing leadership position, harus didukung,” ujarnya.

Menurutnya, perempuan adalah negosiator yang baik dan menjadi salah satu skill penting yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin yang hebat.

Hannah Al RashidHannah Al Rashid/ Foto: Beautynesia

"Perempuan sudah punya natural inclination untuk multitasking, untuk menjadi negotiator yang bagus. Itu adalah leadership quality, menurut gue. Jadi kita harus mendukung perempuan untuk menjadi pemimpin,” tambahnya.

Hannah memberikan contoh ketika pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia. Salah satu negara yang mampu menangani pandemi dengan baik adalah Selandia Baru, di mana negara tersebut dipimpin oleh perempuan, yaitu Jacinda Ardern yang menjabat sebagai Perdana Menteri.

Selain kesempatan, perempuan juga membutuhkan support system yang mumpuni jika ingin mencapai posisi pemimpin.

“Yang perempuan butuh, terutama di Indonesia, adalah dukungan, adalah support system. Karena kalau masyarakat masih menyuruh mereka untuk di rumah aja, mengurus keluarga, mengurus suami, ini dan itu, kalau masyarakat tetap memberi stigma kepada perempuan yang bekerja, jelas-jelas, less and less women will enter the working force. Apalagi yang ingin meraih posisi yang lebih tinggi,” pungkas Hannah.

Berhenti Melihat  Emosi Sebagai Bentuk Kelemahan

Hannah Al RashidHannah Al Rashid/ Foto: Beautynesia

Tantangan lain yang dihadapi oleh perempuan di tempat kerja adalah stigma sebagai ‘individu yang emosional’. Karena dianggap demikian, di banyak kasus pekerja perempuan kesulitan untuk mengemukakan ide dan pendapatnya. Padahal, faktanya tidak demikian.

Terkait hal ini, Hannah berharap orang-orang akan berhenti melihat bentuk emosi sebagai kelemahan.

“Gue berharap orang akan berhenti melihat emotions sebagai weakness. Emotions are not weaknesses,” tuturnya.

“Emosi menggambarkan bahwa lo peduli. Dan kita butuh yang peduli dalam bekerja. Nangis karena frustasi atau intonasi naik sedikit galak, itu karena peduli sebenarnya. Karena kalau ingin jadi seorang pemimpin yang baik, atau mau mengerjakan sesuatu dengan baik, atau menjadi part of the team yang baik, lo harus peduli. So emotions are good,” tambahnya.

Ia juga menambahkan, “Lo kalau cuma jalanin tugas lo biasa aja kayak robot, kalau mentalitas lo udah gitu, lo don’t care, nggak punya pride in your work, ya menurut gue itu tidak akan membuahkan hasil yang bagus.”

Pesan untuk Pekerja Perempuan: Just Do It!

Hannah Al RashidHannah Al Rashid/ Foto: Beautynesia

Sebelum menutup obrolan, Hannah menuturkan harapan dan pesannya untuk semua perempuan. Ia berharap perempuan berani menjalani mimpinya dan tidak memikirkan hal-hal yang belum terjadi.

“Harapannya, kalian bisa jalanin aja. Jadi daripada memikirkan ‘aduh, ini gimana, ntar bisa nggak ya?’. Nggak usah mikirin hal-hal mungkin atau tidak mungkin maybe terjadi, jalanin aja. Do it first," tuturnya.

Ia juga berpesan agar perempuan tidak menghambat dirinya sendiri karena skenario yang mungkin terjadi atau mungkin tidak akan terjadi.

“Kita butuh perempuan untuk berani, tangguh, mandiri, and do it. Jadi active participant dalam society. Itu sangat sangat penting. Dan kita juga ada pride, lho, bahwa membuktikan kita bisa. Dan bahwa kita konsisten, bahwa kita kompeten, dan kita bisa jadi pemimpin. So just do it,” tutupnya.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE