Sambut Hari Kemerdekaan, Kenalan dengan Keumalahayati, Sang Laksamana Perempuan Pertama Asal Aceh
Sambut Hari Kemerdekaan, kita kenalan dengan sosok Keumalahayati yuk, Beauties.
Keumalahayati adalah laksamana perempuan pertama asal Aceh. Keumalahayati atau yang biasa dikenal Malahayati namanya memang tidak seterkenal Tjut Nyak Dien atau Tjut Meutia.
Dikutip dari detikcom, hal itu dikarenakan Keumalahayati hidup sekitar lima abad lampau dan budaya kita sejauh ini masih lekat dalam tradisi lisan. Meski begitu, sepak terjang Keumalahayati banyak tercatat dalam dokumen di museum-museum Belanda, Portugis, dan terdekat di Malaysia.
Berdasarkan manuskrip yang tersimpan di Universitas Kebangsaan Malaysia dan berangka 1254 hijriah atau 1857, Keumalahayati berasal dari keluarga bangsawan, sultan-sultan terdahulu di Aceh. Ia adalah putri dari Laksamana Mahmud Syah. Kakeknya bernama Laksamana Muhammad Said Syah, putra dari Sultan Salahuddin Syah yang memerintah Kesultanan Aceh Darussalam sekitar tahun 1530 – 1539 M.
Dalam buku Malahayati: Srikandi dari Aceh, sebelum menjadi laksamana, Keumalahayati merupakan Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV, 1585 – 1604. Kemampuan militernya terasah dari hasil pembelajaran sekolah kerajaan, Baitul Maqdis. Para pengajarnya berasal dari perwira Turki.
Kematian Suaminya yang Membuat Keumalahayati Menjadi Laksamana
Kematian suaminya, Tuanku Mahmuddin Bin Said Al Latief, yang merupakan Panglima Armada Selat Malaka, membangkitkan jiwa patriotismenya. Keumalahayati meneruskan perjuangan suami, dengan memohon kepada Sultan Al Mukammil untuk membentuk sebuah armada yang semua prajuritnya adalah para janda yang suaminya juga gugur dalam pertempuran di Teluk Haru.
Tujuan Keumalahayati membentuk pasukan Inong Balee adalah, untuk memperjuangkan nasib Aceh dan perempuan janda. Karena selama pertempuran banyak perempuan Aceh yang kehilangan suaminya karena gugur di medan pertempuran.
Pasukan yang dibentuk Keumalahayati berjumlah 2.000 orang, di sekitar Teluk Krueng Raya, pasukan Inong Balee membangun benteng yang letaknya di perbukitan yang tingginya sekitar 100 meter dari permukaan laut. Tembok yang menghadap laut lebarnya 3 meter dengan beberapa lubang meriam, yang moncongnya mengarah ke pintu teluk.
Pertempuran yang Dilakukan Pasukan Inong Balee
Laksamana Keumala Hayati.jpg/ Foto: wikipedia.org |
Selama dibentuk, pasukan Inong Balee terlibat dalam berbagai pertempuran, salah satu yang terkenal adalah saat melawan Belanda dan Portugis yang ingin menjajah Aceh. Pada 11 September 1599, Keumalahayati berhasil membunuh Cornelis de Houtman dalam satu pertempuran. Atas keberaniannya itulah, Keumalahayati mendapat gelar Laksamana.
Dikutip dari detikcom, menurut Dr Husaini Ibrahim, Dosen Sejarah di Universitas Syiah Kuala, mengatakan “Beliau bertempur di Selat Malaka. Jadi sosok Malahayati bukan hanya berjuang pada tataran yang rendah, tapi ada perjuangan-perjuangan yang sangat besar. Beliau menghadapi perjuangan yang sangat berat seperti tantangan Portugis dan Belanda”
Berkat keberaniannya memimpin pertempuran dan mengalahkan para lawan yang ingin menjajah Aceh, pada tahun 2017, Presiden Jokowi menetapkan Laksamana Keumalahayati sebagai pahlawan nasional. Plakat gelar pahlawan diterima oleh Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nuralam, ahli waris Keumalahayati yang kini menetap di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Itulah sosok Keumalahayati yang berani, tangguh, dan pastinya bisa menjadi inspirasi untuk perempuan di masa kini, agar tetap tangguh dan bertumbuh dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Serta tidak takut dengan stigma-stigma tentang perempuan yang membuat perempuan tidak bisa bebas berkarya dan berdaya. Yuk, contoh sosok Keumalahayati ini, Beauties.
Laksamana Keumala Hayati.jpg/ Foto: wikipedia.org