Sederet Hal yang Perlu Kamu Tahu soal Serangan Israel ke Lebanon, Tewaskan Lebih 500 Orang
Israel melancarkan serangkaian serangan udara di Lebanon belakangan ini. Akibat serangan ini, lebih dari 500 warga Lebanon tewas, di antaranya 50 anak-anak dan 94 perempuan. Sekitar 2 ribu orang terluka, menurut data dari Kementerian Kesehatan Publik Lebanon dilansir dari Al Jazeera.
Israel menyebut serangan ini sebagai "fase baru" usai genosida di Gaza. Tentara Israel mengatakan mereka menyerang lebih dari 1.000 target di Lebanon, dan mengklaim bahwa target-target tersebut adalah benteng pertahanan Hizbullah (kelompok yang berbasis di Lebanon) atau fasilitas militer yang ditempatkan di rumah-rumah penduduk.Â
Lebih dari 10 ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka dalam serangan paling dahsyat yang pernah dialami Lebanon sejak perang saudara tahun 1975-1990. Serangan pertama Israel terhadap Lebanon dilaporkan pada hari Senin pukul 6:30 pagi, menghantam daerah tak berpenghuni dekat Byblos, sebelah utara Beirut.
Dirangkum dari Al Jazeera, ini sederet hal yang perlu kamu ketahui soal serangan Israel di Lebanon.
Mengapa Israel Serang Lebanon?
Kepulan asap menjulang dari wilayah Lebanon bagian selatan usai digempur militer Israel/Foto: Reuters
Israel mengatakan pihaknya menyerang Lebanon agar dapat memulangkan warganya yang mengungsi ke wilayah utara.
Pada hari Rabu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengumumkan pengerahan kembali "pasukan, sumber daya, dan energi" ke wilayah utara dan Hizbullah saat perang memasuki "fase baru".
Menurut Gallant, ini adalah bagian dari upaya untuk memulangkan 65 ribu warga Israel yang telah diperintahkannya untuk dievakuasi pada hari-hari awal konflik untuk mengantisipasi serangan Hizbullah di rumah mereka di dekat perbatasan Lebanon.
Serangan besar Hizbullah itu tidak pernah terjadi, tetapi Israel dan Hizbullah telah mempertahankan pertukaran tembakan yang stabil di atas perbatasan selatan Lebanon sejak Oktober 2023.
Hizbullah telah berjanji untuk terus menyerang hingga Israel mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan sekutu kelompok itu, Hamas, di Gaza.
Dalam konferensi pers pada Senin malam, juru bicara militer Israel tidak mengesampingkan kemungkinan invasi darat ke Lebanon, dengan mengatakan: "Kami akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk membawa pulang semua warga negara kami ke perbatasan utara dengan selamat."
Apakah Serangan Ini Berhubungan dengan Ledakan Pager Beberapa Waktu Lalu?
Orang-orang berkumpul di luar rumah sakit di Lebanon setelah ribuan orang mengalami luka-luka akibat ledakan massal yang melanda ribuan unit pager yang digunakan Hizbullah/Foto: Reuters
Pada Selasa (17/9), ratusan pager yang digunakan oleh kelompok Hizbullah meledak di sejumlah daerah di Lebanon. Israel dicurigai sebagai dalang ledakan mematikan yang menewaskan sembilan orang, termasuk gadis berusia 8 tahun, dan sekitar 2.800 orang mengalami luka-luka.
Ledakan terjadi sekitar pukul 15:30 waktu setempat dan berlangsung selama satu jam. Pager meledak di beberapa lokasi saat warga tengah beraktivitas, seperti pasar dan pertokoan.
Hizbullah menyalahkan Israel atas ledakan tersebut. Menurut Hizbullah, serangan itu menunjukkan tanda-tanda sebagai operasi yang telah direncanakan sejak lama, sebagaimana dilansir dari AFP.
Usai ratusan pager meledak, keesokan harinya serangan lain menghantam radio walkie-talkie milik Hizbullah. Kedua serangan tersebut menewaskan 37 orang, termasuk dua anak-anak, dan melukai serta melumpuhkan ribuan lainnya.
Reaksi AS dan Iran soal Serangan Israel di Lebanon
Serangan Israel di Lebanon/Foto: REUTERS/Aziz Taher
Bagaimana reaksi negara lain terhadap serangan Israel di Lebanon?
Sekutu Israel, Amerika Serikat (AS), mengumumkan akan mengerahkan pasukan tambahan ke wilayah tersebut, tanpa menyebutkan berapa jumlahnya dan untuk tujuan apa. Saat ini, AS memiliki sekitar 40 ribu tentara di wilayah tersebut.
Sementara itu, Hizbullah dan Iran telah bekerja sama sejak Hizbullah berdiri sebagai respons terhadap invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982.
Israel telah melancarkan pertempurannya dengan kelompok-kelompok seperti Hamas dan Hizbullah sebagai bagian dari pertempuran yang lebih luas melawan Iran.
Israel, meskipun tidak pernah mengakui memiliki senjata nuklir, diperkirakan memiliki persenjataan sebanyak 90 hulu ledak nuklir.
Iran, meskipun belum memiliki senjata nuklir, dianggap dekat dengannya setelah perjanjian untuk membatasi program nuklir negara itu dibubarkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump pada tahun 2018.
Terlepas dari itu, Iran memiliki salah satu militer terbesar dan terkuat di kawasan itu serta jaringan aliansi dengan kelompok-kelompok termasuk Houthi di Yaman dan Hamas di Gaza.
Apa yang Diinginkan Israel?
PM Israel Benjamin Netanyahu/Foto: Ohad Zwigenberg/Pool via REUTERS Purchase Licensing Rights
Genosida yang dilakukan Israel terhadap Palestina masih berlanjut, hingga kini telah menelan korban jiwa lebih dari 41 ribu. Banyak yang menuduh Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memperpanjang dan meningkatkan konflik untuk kepentingan politiknya.
Kelompok-kelompok yang mewakili keluarga mereka yang ditawan oleh Hamas pada 7 Oktober menuduh PM menggagalkan perundingan gencatan senjata, kekhawatiran yang digaungkan bahkan oleh Biden.
"Saat ini, ada 'permainan ayam' termahal di dunia yang terjadi di seluruh wilayah," kata analis politik Ori Goldberg dari Tel Aviv, dilansir dari Al Jazeera.
"Itu selalu dibingkai sebagai semacam keniscayaan, yang tidak dapat dipertanggungjawabkan oleh kepemimpinan Israel. Mereka menciptakan ramalan mereka sendiri yang terpenuhi dengan sendirinya," tutupnya.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Pilihan Redaksi |