Peperangan Terjadi di Mana-mana, Gimana Dampak Perang ke Psikologis Manusia?
Melihat kondisi dunia beberapa tahun ke belakang, rasanya tidak baik-baik saja. Peperangan merebak di sejumlah negara, contohnya seperti perang Rusia-Ukraina, perang Israel-Palestina, hingga yang terkini Iran menyerang Israel. Tingginya tensi antar negara yang ditimbulkan perang bahkan diikuti isu Perang Dunia III di jagat maya.
Perang yang berlangsung tidak hanya dalam hitungan hari ataupun bulan, ada yang terjadi hingga bertahun-tahun lamanya. Bisa bayangkan masyarakat yang hidup di kawasan peperangan di mana setiap hari bertaruh nyawa? Tidak terbatas pada kesehatan fisik, kesehatan mental ikut terpengaruhi.
Seperti apa ya kejiwaan seseorang ketika sehari-hari diliputi ketidakpastian hidup? Trauma tentu melekat dalam diri mereka. Nah, ini sederet dampak perang terhadap psikologis manusia.
PTSD
Ilustrasi/ Foto: Freepik/rawpixels
Trauma yang dialami akibat perang bercabang menjadi sejumlah gangguan kesehatan mental. Post traumatic stress disorder (PTSD) atau gangguan stres pascatrauma adalah salah satunya. PTSD didefinisikan oleh Kemenkes Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan sebagai gangguan jiwa yang dipicu peristiwa menakutkan dan membahayakan. Peristiwa tersebut termasuk perang, perundungan, kekerasan rumah tangga, kecelakaan, bencana alam, pelecehan verbal/fisik/seksual, penculikan, dan masih banyak lagi.
Seseorang yang mengalami PTSD ditandai dengan mengingat kembali peristiwa traumatis tersebut hingga berusaha menghindari situasi yang bisa memicu ingatan.
Gejalanya pun dapat dilihat dari perilaku orang tersebut. Misalnya, mengisolasi diri, tidak berminat beraktivitas sehari-hari, gangguan tidur, perasaan negatif terhadap diri sendiri dan orang lain, sulit fokus dan konsentrasi, waspada berlebihan, hingga mudah kaget.
Cemas dan Stres
Ilustrasi/ Foto: pexels.com/meijiiiiii
Jurnal World Psychiatry tahun 2006 berjudul Mental health consequences of war: a brief review of research findings juga mengumpulkan berbagai macam efek psikologis yang dialami seseorang pascaperang di berbagai negara. Selain PTSD, gangguan mental yang muncul adalah anxiety (kecemasan) dan stres akut.
Penelitian tahun 2004 yang dilakukan terhadap masyarakat Afganistan terdampak perang, contohnya. Survey yang dilakukan terhadap 799 orang dewasa usia 15 tahun ke atas menerima laporan 62% responden mengalami 4 momen trauma dalam 10 tahun terakhir. Sebanyak 67,7% mengalami gejala depresi, 72,2% mengalami gejala kecemasan, dan 42% mengalami gejala PTSD.
Dampak Bagi Penyimak Perang di Jagat Maya
Ilustrasi/ Foto: Unsplash.com/Adem AY
Banyaknya media yang memberitakan perang ternyata juga punya dampak psikologis bagi mereka yang mengonsumsinya secara terus-menerus. Paparan audio dan visual mengerikan dari perang yang beredar di media sosial juga akan diingat dan beri dampak trauma walaupun tidak merasakannya secara langsung.
Hal ini dilaporkan Steve Sugden, MD, lewat laman Huntsman Mental Health Institute (HMHI), University of Utah. Kolonel US Army sekaligus psikiater di HMHI itu mengatakan, “Civilians, soldiers, and those consuming the war through social media can develop the typical psychological profile of trauma." (Warga sipil, tentara, dan mereka yang mengonsumsi perang melalui media sosial dapat mengembangkan profil tipikal psikologis trauma).
Ia juga melanjutkan bahwa “Penelitian telah menunjukkan bahwa konsumen perang melalui televisi, media sosial, atau bentuk media lainnya dapat terkena dampak yang sama seperti individu yang sebenarnya terlibat dalam konflik tersebut”. Sebab itu, ada beberapa saran untuk menghindarinya:
Membatasi screen-time media sosial,
Memastikan konten yang kamu lihat benar dan tidak menyesatkan,
Perhatikan perasaan. Saat mulai merasa cemas, berhenti melihat atau membaca konten,
Lihat konten yang tidak membuatmu stres.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!