Beauties, kapan terakhir kali kamu memeluk atau dipeluk orang yang kamu sayangi? Selain menjadi bentuk kasih sayang, berpelukan memang diketahui memiliki beragam manfaat. Baru-baru ini sebuah studi mengungkapkan bahwa sebuah pelukan dapat membantu perempuan untuk meredakan stres, lho!
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal PLOS One, sebuah pelukan dapat membuat perbedaan besar bagi perempuan. Dilansir dari CNN, para peneliti menganalisis bagaimana 76 orang merespon stres setelah berpelukan dengan pasangannya. Hasilnya, perempuan yang memeluk pasangannya menunjukkan penurunan produksi kortisol atau yang dikenal sebagai hormon stres, dibandingkan mereka yang tidak melakukannya.
Kortisol dapat berdampak pada ingatan, di mana dapat membuat hal yang sulit menjadi semakin sulit dan memicu stres, ungkap Julian Packheiser, seorang peneliti postdoctoral di Institut Belanda untuk Neuroscience.
Tidak mengherankan, menurut Packheiser, bahwa sentuhan dapat membantu pengaturan tubuh. Kasih sayang dari seseorang yang kamu cintai dapat melepaskan neurotransmitter yang disebut oksitosin, atau dikenal sebagai "hormon cinta", yang mengurangi kadar kortisol.
Selain itu, penelitian lain juga telah melihat manfaat dari sentuhan, seperti pijatan, dapat membantu tubuh dalam menghadapi stres.
"Pelukan di sisi lain dengan cepat diterapkan dan dengan demikian dapat membantu dalam menahan stres di masa depan," tulis Packheiser dalam email.
Melihat kasus COVID-19 di berbagai negara sudah mengalami penurunan, sebuah pelukan bisa menjadi alat yang membantu seseorang untuk bertahan dan menghadapi tantangan hidup.
Namun rupanya, sebuah pelukan tidak begitu efektif untuk menurunkan kadar stres bagi pria, Beauties. Wah, kira-kira apa alasannya, ya?
Menurut para peneliti, salah satu penyebabnya adalah faktor sosial. Kebanyakan pria mungkin merasa tidak nyaman dengan berpelukan. Atau bisa juga berkaitan dengan perbedaan reseptor sentuhan dalam tubuh pria dan perempuan.
"Hanya karena kami tidak menemukan efeknya pada pria, (bukan berarti) tidak ada. Efeknya bisa lebih kecil dan tidak terdeteksi," papar Packheiser.
Jika kamu atau orang tersayang sedang menghadapi situasi sulit atau dilanda stres, Packheiser menyarankan untuk berpelukan. Namun, lakukan hanya jika kamu atau orang tersayang membutuhkan dan menginginkannya.
Studi terbaru menunjukkan bagaimana perlindungan dalam bentuk kasih sayang dari orang yang dicintai dapat membantu mengatasi efek negatif dari stres. Sementara studi lain pada tahun 2018, menunjukkan bahwa pelukan setelah konflik atau peristiwa negatif membantu seseorang merasa lebih baik. Kontak fisik yang baik diketahui dapat menenangkan sistem saraf, kata Lisa Damour, psikolog klinis berbasis di Ohio.
Namun, hal ini tidak berlaku bagi semua orang ya, Beauties. Karena tiap orang memiliki caranya tersendiri untuk menangani stres yang dialami.
"Penting untuk diingat bahwa ada variasi individu dalam cara orang merespons pelukan," kata Kory Floyd, profesor komunikasi di Universitas Arizona.
"Bagi sebagian orang, pelukan adalah ungkapan sambutan hangat yang dapat meredakan stres, mengurangi rasa sakit, dan meningkatkan keintiman. Bagi yang lain, berpelukan terasa invasif atau tidak wajar dan bahkan dapat meningkatkan stres, bukannya meredakannya," tambahnya.
Menurut Damour, pelukan terbaik adalah pelukan yang diberikan dengan mempertimbangkan perasaan penerima. Oleh karena itu, pastikan kamu memahami apakah orang tersayang di sekitarmu dapat menerima pelukan sebagai hal yang dibutuhkannya untuk meredakan stres.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!