Ternyata Berbeda, Kenali Apa Itu Halusinasi dan Delusi

Munjidah Hamsa | Beautynesia
Rabu, 23 Sep 2020 12:00 WIB
Ternyata Berbeda, Kenali Apa Itu Halusinasi dan Delusi
Kenali gangguan halusinasi dan delusi yang bisa terjadi pada penderita penyakit saraf seperti yang terjadi pada ayah Nagita Slavina, Gideon Tengker/ sumber: freepik.com

Beberapa waktu lalu kita tahu bahwa ayah dari Nagita Slavina, Gideon Tengker, menderita penyakit yang berhubungan dengan saraf dan diderita selama puluhan tahun. Gangguan yang diderita oleh Gideon Tengker ini telah djelaskan oleh Nagita Slavina lewat Youtube Rans Entertainment bahwa ayahnya telah menderita gangguan ini sejak Nagita masih SD. Karena gangguan yang dideritanya, Gideon Tengker harus rutin minum obat untuk menstabilkan emosinya dan tetap harus rutin konsultasi ke dokter.

Mengenal Halusinasi dan Delusi

Mengenal apa itu gangguan halusinasi dan delusi.
Gangguan halusinasi dan delusi/ sumber: freepik.com

Namun, masih banyak yang belum tahu bahwa gangguan saraf bisa menyebabkan gangguan mental dan kejiwaan. Ada beberapa gangguan mental dan kejiwaan yang bisa disebabkan oleh berbagai macam gangguan fisik, salah satunya adalah halusinasi dan delusi.

Halusinasi adalah sensasi yang diciptakan oleh pikiran seseorang tanpa adanya sumber yang nyata dan dapat memengaruhi panca indera. Kondisi halusinasi adalah ketika seseorang melihat, mendengar, merasa, atau mencium suatu aroma yang sebenarnya tidak ada dan sebenarnya hanya ada di dalam pikiran mereka.

Sedangkan delusi adalah kondisi gangguan mental serius yang disebut juga dengan psikosis. Psikosis terjadi ketika adanya ketidaksinambungan antara pemikiran, imajinasi, dan emosi, dengan realitas yang sebenarnya. Penderita gangguan delusi akan meyakini hal-hal yang tidak nyata dan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Penyebab Halusinasi dan Delusi

Gangguan halusinasi dan delusi bisa disebabkan oleh beberapa faktor berikut ini.
Penyebab gangguan halusinasi dan delusi/ sumber: freepik.com

Halusinasi bisa disebabkan oleh banyak hal yaitu:

  • Gangguan kejiwaan, seperti skizofrenia, demensia, dan depresi berat dengan gejala psikosis yang merupakan kumpulan gejala gangguan mental di mana seseorang merasa terpisah dari kenyataan yang sebenarnya, sehingga penderita psikosis akan sulit membedakan hal yang nyata dan tidak.
  • Gangguan saraf dan otak, seperti penyakit Parkinson, migrain dengan aura, delirium, stroke, epilepsi, dan penyakit Alzheimer.
  • Terlalu banyak mengonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang, seperti kokain, amfetamin, heroin dan obat psikedelik.
  • Gangguan tidur, seperti narkolepsi.
  • Penyakit berat, seperti gagal ginjal atau gangguan hati stadium lanjut, HIV/AIDS, kanker otak.
  • Cedera kepala berat.
  • Gangguan elektrolit, misalnya rendahnya kadar natrium darah (hiponatremia) dan rendahnya kadar magnesium (hipomagenesemia).
  • Kelainan asam basa, seperti pada kondisi asidosis.

Sedangkan pada gangguan delusi bisa disebabkan oleh adanya faktor keturunan atau genetik, biologis, lingkungan, serta psikologis. Gangguan delusi juga cenderung terjadi pada orang yang memiliki riwayat gangguan delusi atau skizofrenia di dalam keluarga. Selain itu, hal-hal yang bisa memicu terjadinya delusi, antara lain stres, penyalahgunaan obat-obatan, mengonsumsi minuman beralkohol berlebihan dan fungsi otak yang tidak normal akibat menderita penyakit Parkinson, penyakit Huntington, demensia, stroke, serta kelainan kromosom.

Jenis-jenis Halusinasi dan Delusi

Ada beberapa jenis gangguan halusinasi dan delusi yang perlu kamu ketahui.
Beberapa jenis gangguan halusinasi dan delusi/ sumber: freepik.com

Ada beberapa jenis gangguan halusinasi, yaitu:

  • Halusinasi pendengaran (audio) yang paling umum terjadi yaitu saat seseorang mendengar suara-suara yang tidak didengar orang lain. Halusinasi audio adalah gejala yang biasa terjadi pada skizofrenia, gangguan bipolar, atau demensia.
  • Halusinasi penglihatan (visual) yang seolah melihat sesuatu namun sesuatu itu sebenarnya tidak ada. Hal yang dilihat bisa berupa objek, pola visual, manusia, atau cahaya.
  • Halusinasi penciuman (olfaktorik) yaitu saat seseorang mencium aroma wewangian atau justru bau yang tidak sedap dari tempat atau orang lain atau dari dirinya sendiri seperti merasa tubuhnya berbau busuk padahal nyatanya tidak.
  • Halusinasi pengecapan (gustatorik) menyebabkan seseorang merasakan sensasi bahwa sesuatu yang dimakan atau diminum memiliki rasa yang aneh. Halusinasi jenis ini menjadi gejala yang umum terjadi pada penderita epilepsi.
  • Halusinasi sentuhan (taktil) melibatkan perasaan sentuhan atau gerakan di tubuh Anda.
  • Halusinasi sementara yang tidak bersifat kronis biasanya terjadi setelah situasi traumatis yang terjadi. Halusinasi jenis ini akan menghilang ketika trauma juga teratasi.

Sedangkan pada gangguan delusi, ada beberapa jenis yang bisa kamu ketahui di sini:

  • Waham kebesaran (grandiose) yang menyebabkan penderitanya merasa punya kekuasaan, kecerdasan, identitas yang membumbung tinggi, serta meyakini bahwa dirinya telah melakukan suatu penemuan penting atau memiliki talenta yang hebat dengan kemampuan spesial atau memiliki relasi khusus dengan figur yang hebat.
  • Erotomania yaitu kondisi penderita meyakini bahwa dirinya sangat dicintai oleh seseorang dengan objek orang-orang terkenal atau berkedudukan penting. Pada kondisi serius, penderita bisa melakukan tindakan menguntit dan usaha melakukan kontak dengan objek delusinya.
  • Waham kejar (persecutory) yaitu kondisi merasa terancam akan adanya orang lain yang menganiaya dirinya, memata-matai, atau punya mencelakainya.
  • Waham cemburu yaitu kondisi penderita percaya bahwa pasangannya tidak setia kepada dirinya tanpa didukung fakta apapun.
  • Campuran yaitu kondisi penderita yang mengalami dua atau lebih jenis delusi yang disebutkan di atas.

Baik gangguan halusinasi dan delusi, jika kamu atau orang terdekatmu mengalami, segera yakinkan untuk segera berkonsultasi ke psikiater. Hal ini agar gangguan mental dapat segera dikonsultasikan dan ditangani dengan terapi perilaku kognitif, serta pemberian obat-obatan antipsikotik untuk menghindari tindakan berbahaya yang dilakukan oleh penderita baik bagi dirinya maupun ke orang lain.

(arm2/arm2)
CERITA YUK!
Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE