Suka Merasa Nggak Puas dengan Hidup? Kenali Ciri Disforia dan Cara Mengatasinya

Riswinanti Pawestri Permatasari | Beautynesia
Kamis, 27 Mar 2025 20:30 WIB
Suka Merasa Nggak Puas dengan Hidup? Kenali Ciri Disforia dan Cara Mengatasinya
Suka Merasa Nggak Puas dengan Hidup? Kenali Ciri Disforia dan Cara Mengatasinya/Foto: Freepik.com

Setiap orang pasti ingin bahagia. Tapi pernah nggak, sih, Beauties justru merasa hidup selalu ada yang kurang? Dalam hal ini kamu sulit menikmati momen bahagia atau terus merasa nggak puas. Kalau iya, bisa jadi kamu mengalami disforia!

Bukan hal baru, USA Today melaporkan pada tahun 2024 bahwa tingkat kebahagiaan di kalangan anak muda sedang mengalami penurunan drastis berdasarkan laporan World Happiness Report. Karenanya, istilah disforia muncul sebagai gambaran kondisi ini. 

Melansir Healthline, disforia (dysphoria) adalah kondisi yang sering dikaitkan dengan perasaan tidak puas dan ketidaknyamanan dalam menjalani hidup. Lalu bagaimana hal ini bisa terjadi? Apa penyebab dan bagaimana cara mengatasi disforia? Yuk, simak penjelasan lengkapnya berikut ini!

Hasil Studi: Generasi Muda Semakin Tidak Bahagia

Ilustrasi Disforia/Foto: Freepik.com
Ilustrasi Disforia/Foto: Freepik.com

Laporan World Happiness Report pada tahun 2024 menunjukkan bahwa kepuasan hidup generasi muda, khususnya mereka yang berusia di bawah 30 tahun, semakin merosot. Bahkan, laporan ini mencatat bahwa beberapa negara besar yang mengalami penurunan level kebahagiaan. Misalnya, Amerika Serikat terlempar dari daftar 20 negara paling bahagia untuk pertama kalinya sejak tahun 2012.

Beberapa faktor diduga menjadi penyebab utama kondisi ini, antara lain ketidakpuasan terhadap sistem pendukung sosial, kondisi tempat tinggal, dan menurunnya kepercayaan terhadap pemerintah. Selain itu, masalah ekonomi, biaya hidup yang semakin tinggi, utang pendidikan, polarisasi politik, serta dampak media sosial juga turut berperan dalam meningkatnya ketidakbahagiaan.

Apa Itu Disforia?

Ilustrasi Disforia/Foto: Freepik.com/8photo

Secara sederhana, Healthline menyebut disforia adalah kondisi psikologis yang membuat seseorang merasa tidak nyaman, tidak puas, atau terputus dari realitas. Ini bisa muncul sebagai gejala dari beberapa gangguan mental seperti kecemasan dan depresi.

Disforia sering dikaitkan dengan gender dysphoria, yaitu ketidakpuasan seseorang terhadap identitas gendernya yang tidak sesuai dengan jenis kelamin yang diberikan saat lahir. Namun, ada juga bentuk disforia lainnya yang diakui secara medis, seperti:

  • Rejection Sensitive Dysphoria: Sensitivitas berlebihan terhadap penolakan atau kritik.
  • Postcoital Dysphoria: Perasaan sedih atau cemas setelah berhubungan intim.
  • Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD): Bentuk parah dari sindrom pramenstruasi yang mempengaruhi suasana hati.
  • Tardive Dysphoria: Ketidakbahagiaan kronis akibat penggunaan obat antidepresan dalam jangka panjang.

Banyak orang juga sering keliru mengaitkan disforia dengan dysmorphia (body dysmorphic disorder), yaitu gangguan yang membuat seseorang memiliki pandangan yang terdistorsi terhadap tubuhnya sendiri.

Ciri-Ciri Disforia

Ilustrasi Disforia/Foto: Freepik.com/rawpixel.com

Disforia hanya salah satu dari sekian banyak kondisi mental yang membuat penderitanya merasa tidak nyaman dengan kenyataan yang dihadapi. Untuk membedakannya, pahami beberapa gejala disforia berikut ini:

  • Perasaan tidak puas atau kecewa terhadap hidup secara umum.
  • Kesulitan merasa bahagia atau menikmati aktivitas yang biasanya disukai.
  • Perasaan sedih, cemas, atau kehilangan minat terhadap banyak hal.
  • Kesulitan berkonsentrasi dan sering melamun.
  • Mudah lelah dan tidak memiliki motivasi.
  • Pola tidur dan makan yang terganggu.

Sebuah penelitian yang diterbitkan di Frontier pada tahun 2020, melansir Healthline, menemukan bahwa orang dengan disforia cenderung lebih sulit mengingat momen bahagia, tetapi lebih cepat mengingat kejadian negatif. Selain itu, mereka juga lebih sering mengalami pikiran yang melayang (mind-wandering), sehingga sulit fokus pada tugas atau aktivitas yang sedang dikerjakan.

Penyebab Disforia

Ilustrasi Disforia/Foto: Freepik.com/jcomp

Rasa tidak bahagia bisa muncul karena berbagai macam faktor. Meskipun belum ada penyebab pasti dari disforia, beberapa faktor yang bisa memicunya antara lain:

  • Stres Lingkungan: Misalnya kehilangan orang tercinta, tekanan pekerjaan, atau masalah keluarga.
  • Ketidaksesuaian Identitas Gender: Terutama bagi mereka yang mengalami gender dysphoria.
  • Kondisi Kesehatan Tertentu: Seperti gangguan tiroid, kekurangan nutrisi, atau penyakit kronis.
  • Penggunaan Zat Terlarang: Termasuk alkohol, rokok, atau obat-obatan tertentu.
  • Perubahan Hormon: Misalnya pada perempuan yang mengalami premenstrual dysphoric disorder (PMDD).
  • Efek Samping Obat: Beberapa antidepresan yang dikonsumsi dalam jangka panjang dapat menyebabkan tardive dysphoria.

Cara Mengatasi Disforia

Ilustrasi Disforia/Foto: Freepik.com/lookstudio

Untungnya, disforia bukan sesuatu yang harus kamu hadapi sendirian. Ada beberapa cara yang bisa membantu mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup:

1. Mindfulness-Based Cognitive Therapy (MBCT)

Teknik terapi ini membantu mengelola pikiran negatif dan mengurangi kecenderungan untuk terlalu banyak berpikir (overthinking). MBCT bisa membantu kamu lebih fokus pada momen sekarang dan mengurangi kecemasan.

2. Praktik Mindfulness

Kegiatan seperti meditasi, yoga, dan latihan pernapasan telah terbukti efektif dalam meningkatkan kesehatan mental dan membantu mengurangi gejala kecemasan serta stres.

3. Positive Episodic Simulation

Teknik ini melibatkan membayangkan masa depan dengan cara yang positif dan mendetail. Menurut penelitian tahun 2018, membayangkan skenario positif bisa meningkatkan perasaan optimis dan mengurangi perasaan tidak puas.

4. Mengenali dan Merayakan Euphoria

Sama seperti ada disforia, ada juga euphoria (perasaan bahagia yang intens). Menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil dan merayakan pencapaian diri sendiri dapat membantu meningkatkan suasana hati. Misalnya lakukan hobi atau kunjungi lokasi yang sangat ingin kamu datangi.

Pastikan juga Beauties memiliki support system yang tepat. Walaupun mungkin butuh waktu, namun berdamai dengan diri sendiri adalah kunci utama untuk membebaskan diri dari disforia.

5. Mencari Bantuan Profesional

Jika kamu merasa bahwa disforia yang kamu alami mulai mengganggu kehidupan sehari-hari, berkonsultasi dengan psikolog atau terapis adalah langkah yang bijak. Mereka dapat memberikan strategi yang lebih spesifik dan sesuai dengan kebutuhanmu.

Meski bukan diagnosis klinis, disforia bisa menjadi tanda awal gangguan mental seperti depresi. Dengan memahami gejala dan penyebabnya, kamu bisa mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasinya. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan profesional jika kamu merasa kesulitan.

Ingat, kamu tidak sendiri dalam perjalanan ini, dan selalu ada cara untuk menemukan kebahagiaan di tengah tantangan hidup! Kalau kamu merasa mengalami gejala disforia, jangan ragu untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau tenaga profesional. Kamu layak untuk merasa bahagia, Beauties!

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE