4 Kesalahan dalam Pengambilan Keputusan Menurut Psikologi

Firzaputri Maulida Maharani | Beautynesia
Sabtu, 04 May 2024 22:00 WIB
Terlalu Percaya Diri
Kesalahan dalam pengambilan keputusan/Foto: Freepik/cookie_studio

Beauties, setiap harinya kita pasti selalu dihadapkan dengan berbagai dilema dan pilihan dalam hidup. Maka dari itu, mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus mengambil keputusan atas suatu kondisi. 

Namun, dalam mengambil keputusan, manusia juga kerap kali terjebak dalam bias maupun kesalahan berpikir. Ingin tahu apa saja bias dan kesalahan berpikir dalam pengambilan keputusan tersebut? Berikut rangkumannya menurut Very Well Mind!

Heuristik

Kesalahan dalam pengambilan keputusan/Foto: Freepik/BalashMirzabey

Heuristik merupakan suatu jalan pintas yang kerap kali kita lakukan saat mengambil keputusan. Singkatnya, heuristik mengandalkan pengalaman terdahulu untuk membantu Beauties mengambil keputusan.

Menurut penelitian yang dipublikasikan pada jurnal Business Information Review, heuristik dapat meringankan beban pikiran Beauties, namun di saat bersamaan hal ini juga berpotensi menimbulkan kesalahan.

Adapun dua tipe dari heuristik, yaitu:

  • The Representativeness Heuristic: Hal ini menilai kemungkinan terjadinya sesuatu berdasarkan kejadian yang mirip sebelumnya. Contohnya, orang berjudi sering kali melihat kemungkinan untuk menang kembali berdasarkan kemenangan di pertandingan sebelumnya. Padahal, menang atau kalah sepenuhnya tergantung pada kebetulan.
  • The Availability Heuristic: Hal ini menilai kemungkinan terjadinya sesuatu berdasarkan kejadian yang paling diingat dalam pikiran secara cepat dan mudah. Contohnya, Beauties menganggap bahwa kecelakaan pesawat memang sering terjadi karena Beauties dapat menyebutkan contoh kecelakaan pesawat terkenal. Padahal, kecelakaan pesawat tidak terjadi sesering itu. 

Terlalu Percaya Diri

Kesalahan dalam pengambilan keputusan/Foto: Freepik/cookie_studio

Kesalahan kedua yang kerap dilakukan saat mengambil keputusan adalah terlalu percaya diri dengan pengetahuan, kemampuan, atau penilaian yang dimiliki.  

Adapun penyebab seseorang terlalu percaya diri terhadap pengetahuan atau penilaiannya adalah:

  • Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka memang kurang memahami sesuatu.
  • Informasi yang diperoleh seseorang tentang suatu topik tidak akurat atau diperoleh dari sumber yang tidak reliabel.

Istilah yang biasa digunakan untuk menyebut sikap terlalu percaya diri adalah Dunning-Kruger effect. Hal ini merupakan salah satu bentuk bias kognitif dimana seseorang cenderung terlalu yakin dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki, hingga membuat mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka kurang kompeten.

Contoh, andai kata Beauties pergi ke suatu kota bersama teman-teman, di mana Beauties beberapa kali ke kota tersebut. Beauties berasumsi bahwa Beauties sudah tahu setiap jalan di kota tersebut, jadi Beauties mengarahkan teman-teman ke suatu jalan yang Beauties yakini benar tanpa membuka penunjuk arah. Ternyata, Beauties tidak ingat dengan jalannya dan akhirnya tersasar.

Ini adalah bukti bahwa terlalu percaya diri dapat mengantarkan pada kesalahan mengambil keputusan.

Hindsight Bias

Kesalahan dalam pengambilan keputusan/Foto: Freepik/benzoix

Pernahkan Beauties mengalami suatu kejadian, lalu Beauties merasa kejadian tersebut merupakan hal yang telah Beauties ramalkan sebelumnya? Jika begitu, maka Beauties sedang mengalami hindsight bias. 

Misalkan, Beauties hari ini kehilangan dompet. Lalu, Beauties merasa sudah memprediksi akan terjadi suatu insiden karena Beauties punya firasat buruk. Padahal, kita tidak bisa benar-benar memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan. 

Jika Beauties terus berpikir demikian, Beauties akan cenderung memutuskan sesuatu berdasarkan kesalahan atau kejanggalan yang sebenarnya tidak berhubungan dengan keputusan tersebut. 

Illusory Correlation

Kesalahan dalam pengambilan keputusan/Foto: Freepik

Illusory correlation adalah suatu kondisi ketika seseorang mempercayai bahwa dua hal yang tidak berhubungan ternyata saling berkaitan, hanya karena dua hal tersebut terjadi di waktu berdekatan.

Seperti contoh, Beauties pernah dimarahi oleh seorang tukang parkir. Kemudian, Beauties mengira semua tukang parkir adalah orang yang galak. Padahal, tidak semua tukang parkir berlaku demikian.

Illusory correlation seperti ini juga dapat menyebabkan suatu masalah dalam pengambilan keputusan, karena Beauties cenderung membuat stereotip akan suatu hal hanya karena Beauties pernah mengalami kejadian tidak mengenakkan tentang hal itu.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE