5 Kebutuhan Hidup yang Akan Terlalu Mahal Bagi Masyarakat Kelas Menengah dalam 5 Tahun ke Depan
Kebutuhan hidup adalah fondasi utama bagi setiap individu untuk bertahan dan menjalani kehidupan yang layak. Mulai dari kebutuhan primer seperti makanan, tempat tinggal, dan pakaian, hingga kebutuhan sekunder seperti pendidikan dan akses layanan kesehatan, semuanya menjadi elemen esensial yang akan terus dibutuhkan.
Namun, di tengah laju inflasi, urbanisasi, dan dinamika ekonomi global, kebutuhan hidup makin menunjukkan tren kenaikan harga yang membebani, bahkan bagi masyarakat kelas menengah. Dilansir dari Mindfully American, beberapa kebutuhan hidup ini akan menjadi terlalu mahal bagi masyarakat kelas menengah dalam 5 tahun ke depan!
Rumah
![]() Ilustrasi/Foto: Freepik |
Menurut laporan National Association of Realtors per Februari 2024, harga rumah mengalami kenaikan di 85 persen kota di Amerika Serikat. Kenaikan ini disebabkan oleh tingginya permintaan, suku bunga hipotek yang tinggi, dan perubahan undang-undang perpajakan properti, seperti yang tercermin dalam legislasi California’s Prop 19.
Undang-undang ini memberikan insentif kepada pemilik rumah yang sudah lansia untuk menjual properti mereka dan memindahkan nilai pajak yang lebih rendah ke rumah baru mereka, tetapi juga meningkatkan beban pajak bagi pembeli baru, khususnya kelompok menengah.
Kondisi serupa juga terjadi di Indonesia, meskipun terdapat perbedaan signifikan dalam faktor pemicunya. Di Indonesia, kenaikan harga properti lebih banyak dipengaruhi oleh urbanisasi yang pesat, keterbatasan lahan di perkotaan, serta tingginya permintaan dari investor.
Selain itu, suku bunga KPR yang fluktuatif turut memengaruhi kemampuan masyarakat untuk memiliki rumah. Peraturan terkait Pajak Penghasilan (PPh) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Indonesia juga sering menjadi kendala tambahan bagi pembeli rumah pertama.
Biaya Kuliah
Ilustrasi/Foto: Freepik/drobotdean
Laporan dari U.S. News and World Report menunjukkan bahwa biaya kuliah di Amerika Serikat terus meningkat secara konsisten selama dua dekade terakhir. Kondisi ini diperparah oleh inflasi dan stagnasi upah riil (kenaikan upah tidak sebanding dengan kenaikan biaya hidup atau tingkat inflasi) sehingga membuat keluarga kelas menengah makin kesulitan untuk membiayai pendidikan tinggi bagi anak mereka. Tren kenaikan biaya pendidikan ini menciptakan ketergantungan yang lebih besar pada pinjaman pendidikan sehingga banyak lulusan terjebak dalam utang besar setelah menyelesaikan studi.
Sementara itu, biaya pendidikan tinggi di Indonesia, terutama di perguruan tinggi negeri, cenderung lebih terjangkau karena adanya subsidi pemerintah, seperti program Uang Kuliah Tunggal (UKT). Namun, perguruan tinggi swasta sering kali mematok biaya yang jauh lebih tinggi sehingga menciptakan kesenjangan akses bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Selain itu, beban keluarga juga bertambah akibat tingginya biaya tambahan seperti pembelian buku, akomodasi, dan kebutuhan sehari-hari mahasiswa.
Layanan Kesehatan
Ilustrasi/Foto: Freepik/pressfoto
Biaya asuransi kesehatan reguler dan perawatan preventif standar makin sulit dijangkau oleh banyak warga kelas menengah di Amerika Serikat. Menurut para ahli yang diwawancarai oleh Yahoo Finance, biaya kesehatan telah melampaui laju inflasi umum selama bertahun-tahun. Selain itu, tanggung jawab finansial untuk merawat orang tua yang makin tua juga menambah beban keuangan keluarga kelas menengah yang menyebabkan tekanan finansial yang serius.
Kondisi serupa juga terjadi di Indonesia, di mana biaya kesehatan terus meningkat dari tahun ke tahun. Meskipun pemerintah menyediakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui BPJS Kesehatan, masyarakat kelas menengah masih sering menghadapi tantangan dalam membayar premi atau biaya tambahan untuk layanan tertentu yang tidak sepenuhnya ditanggung. Di sisi lain, pengeluaran untuk perawatan lansia juga menjadi isu yang relevan di Indonesia, terutama bagi keluarga yang harus menanggung biaya kesehatan tanpa asuransi tambahan.
Layanan Streaming Premium
Ilustrasi/Foto: Freepik/stockking
Di Amerika Serikat, masyarakat umumnya memperkirakan pengeluaran mereka untuk layanan streaming sekitar 60 USD (sekitar Rp900 ribu) per bulan. Namun, penelitian menunjukkan angka sebenarnya pengeluaran itu mencapai rata-rata 300 USD (sekitar Rp4,5 juta) per bulan, yang mencakup berbagai langganan seperti film, musik, dan olahraga.
Di Indonesia, tren pengeluaran untuk layanan streaming juga terus meningkat seiring dengan makin naiknya popularitas platform seperti Netflix, Spotify, dan lainnya. Sebuah laporan tahun 2023 menunjukkan rata-rata pengeluaran masyarakat Indonesia untuk layanan digital mencapai Rp150 ribu-Rp300 ribu per bulan.
Bahan Makanan Organik
Ilustrasi/Foto: Freepik
Harga kebutuhan pokok, termasuk bahan makanan, terus mengalami kenaikan, dengan produk organik menunjukkan peningkatan harga yang lebih signifikan. Sebagai contoh, pada tahun 2023, harga produk konvensional naik sebesar 10 persen di Amerika Serikat, sedangkan produk organik meningkat hingga 13 persen. Faktor utama yang memengaruhi kenaikan ini adalah kompleksitas rantai pasok serta dampak perubahan iklim sehingga kecil kemungkinan harga akan turun dalam 5 tahun mendatang.
Di Indonesia, tren kenaikan harga kebutuhan pokok juga terlihat, terutama pada produk-produk segar seperti sayuran dan buah-buahan organik. Berdasarkan data yang tersedia, produk organik di Indonesia cenderung lebih mahal karena proses produksi yang lebih rumit dan terbatasnya pasokan dari petani lokal. Selain itu, perubahan pola cuaca seperti curah hujan yang tidak menentu dan suhu ekstrem makin memengaruhi hasil panen.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
