Ini Alasan Mengapa Seseorang Melakukan Catcalling, Salah Satunya Dianggap Bentuk Menunjukkan Ketertarikan
Salah satu mimpi buruk yang bisa dialami oleh perempuan di ruang publik adalah catcalling. Catcalling adalah bentuk pelecehan seksual secara verbal yang digunakan oleh pelaku dengan tujuan menggoda korban. Siapa saja bisa menjadi korban catcalling, namun faktanya, perempuan lah yang paling sering mengalami tindak pelecehan seksual satu ini.
Bentuk catcalling bermacam-macam, mulai dari kata-kata, siulan, teriakan, atau komentar tentang fisik. Mirisnya, perilaku ini sering dinormalisasi karena dianggap sebagai bentuk 'pujian' atau keakraban. Padahal, korban bisa saja merasa tidak nyaman, ketakutan, bahkan hingga trauma dan menorehkan luka secara psikis.
Lantas, apa, sih, yang mendorong pelaku untuk melakukan catcalling? Apa yang membuat mereka mewajarkan perilaku ini? Simak penjelasannya berikut ini.
Alasan Pelaku Melakukan Catcalling
Ilustrasi korban catcalling/Foto: Freepik.com/Cookie_studio |
Catcalling adalah salah satu bentuk pelecehan seksual yang terjadi di ruang publik. Catcalling biasanya berfokus pada penampilan fisik korban dan mengindikasikan bahwa korban adalah objek seksual.
Melansir dari PsyPost, sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Psychology & Sexuality menunjukkan bahwa pelaku (dalam studi ini adalah pria), yang melakukan catcalling tidak menyadari bagaimana jenis pelecehan seksual ini dirasakan oleh perempuan. Sebuah survei mengungkapkan bahwa kebanyakan pria yang melakukan catcalling bertujuan untuk menggoda perempuan dan berharap mendapat respon positif seperti senyuman.
Survei yang dilakukan secara online tersebut melibatkan 258 pria berusia antara 16 dan 75 tahun. Mereka diperlihatkan enam item yang menggambarkan berbagai jenis perilaku catcalling, seperti memanggil perempuan asing dan mengomentari penampilan fisik. Mereka juga diminta untuk menunjukkan apakah mereka pernah melakukan salah satu perilaku ini selama setahun terakhir.
Responden yang menunjukkan bahwa mereka telah terlibat dalam satu atau lebih dari perilaku catcalling ini kemudian diberi serangkaian pertanyaan lanjutan. Pertanyaan tersebut membahas seberapa sering mereka melakukan catcalling, alasan mereka melakukan catcalling, dan reaksi yang mereka harapkan akan timbul aksi tersebut.
Pelaku Menganggap Catcalling sebagai Upaya Menunjukkan Ketertarikan
Ilustrasi catcalling/Foto: Freepik |
Berdasarkan hasil survei, diketahui sekitar 33 persen pria pernah melakukan catcalling. Ketika ditelaah alasan-alasan pria melakukan catcalling, mayoritas dari mereka mengatakan tidak berniat jahat atau menyakiti perempuan.
Alasan catcalling yang paling umum adalah "untuk menunjukkan bahwa saya menyukai perempuan itu" yakni sekitar 85 persen. Disusul dengan alasan "untuk menunjukkan minat seksual saya pada perempan itu" sebesar 83 persen, dan alasan "karena ini adalah cara menggoda yang normal" sebesar 73 persen.
Selain beberapa alasan di atas, ada pula alasan lain yang mendorong pria untuk melakukan catcalling namun berdasarkan pada rasa benci terhadap perempuan. Misalnya, 7 persen menyatakan bahwa mereka tidak suka feminisme dan menganggap catcalling adalah cara untuk menghukum perempuan karena mencoba mengambil kekuasaan dari pria. Sedangkan 6 persen lainnya menilai catcalling sebagai tindakan untuk membuat perempuan merasa sadar diri.
Pelaku Catcalling Tunjukkan Perilaku Seksisme
Ilustrasi korban catcalling/ Foto: Pexels/Karolina Grabowska |
Lalu, apa yang diharapkan dari pelaku dari korban usai melakukan catcalling? Survei ini mengungkapkan 85 persen pria berharap korban akan memberikan respon ramah atau tersenyum. Sementara lainnya juga ada yang berharap bahwa dari catcalling akan berlanjut ke percakapan dan berharap korban akan merasa tersanjung.
"Pria terutama termotivasi untuk melakukan catcalling dengan keinginan untuk mengekspresikan minat seksual, menyanjung, dan menggoda korban mereka. Setengahnya mengatakan bahwa mereka melakukan catcalling untuk memperbaiki mood mereka, karena itu membuat mereka bergairah, atau karena korban berpakaian secara provokatif. Beberapa peserta melaporkan dimotivasi oleh kebencian terhadap wanita secara terang-terangan, yaitu, ketidaksukaan atau bentuk penghinaan terhadap wanita," kata Walton, asisten peneliti kepada PsyPost.
Para peneliti juga mencatat pria yang melakukan catcalling menunjukkan perilaku seksisme (prasangka dan perilaku diskriminatif pada gender, seringnya ditujukan pada perempuan), sikap maskulinitas konservatif tradisional yang lebih tinggi, dan toleransi yang lebih besar terhadap pelecehan seksual dibandingkan dengan pria yang tidak melakukan catcalling.
Namun para peneliti juga memaparkan beberapa responden mungkin tidak paham bahwa catcalling yang ia lakukan adalah bentuk pelecehan seksual alih-alih menyanjung atau memuji korban.
"Tidak diragukan lagi, ada banyak pria yang lebih sering melakukan catcalling dan dengan cara yang jauh lebih jelas dan mengganggu, seperti dengan membuat komentar yang eksplisit secara seksual, menyebut nama, dan lain-lain yang tidak terekam dalam penelitian ini dan motivasinya mungkin sangat berbeda dari pria yang berpartisipasi. Penelitian di masa depan tentang topik ini harus berusaha untuk menyelidiki perbedaan-perbedaan ini di antara para catcallers," tutupnya.
Well, apapun alasannya, catcalling bukanlah sesuatu yang bisa dinormalisasi dan harus segera dihentikan. Stop normalizing catcalling!
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Ilustrasi korban catcalling/Foto: Freepik.com/Cookie_studio
Ilustrasi catcalling/Foto: Freepik
Ilustrasi korban catcalling/ Foto: Pexels/Karolina Grabowska