Korban Kekerasan dan Diskriminasi, Desa Umoja di Afrika Hanya Boleh Dihuni Perempuan! Ini Kisahnya

Risqi Nurtyas Sri Wikanti | Beautynesia
Minggu, 05 Jun 2022 23:00 WIB
Desa Umoja/Foto: Getty Images/Anadolu Agency

Apakah Beauties pernah membayangkan tinggal di sebuah daerah yang sama sekali tidak ada pria? Jika belum pernah, Beauties perlu tahu bahwa ada sebuah desa di Afrika yang hanya boleh dihuni oleh perempuan. Desa tersebut bernama Umoja dan terletak di negara Kenya.

Di Desa Umoja, pria tidak diperbolehkan memasuki kawasan ini. Merupakan bagian dari wilayah Samburu, perempuan di desa ini mayoritas adalah korban diskriminasi dari keluarga mereka sendiri.

Untuk tahu lebih lanjut tentang Desa Umoja yang hanya dihuni perempuan ini, simak penjelasan Thomson Reuters Foundation yang dikutip dari Global Citizen di bawah ini!

Asal Mula Desa Umoja Berdiri


Ilustrasi perempuan yang mendapatkan kekerasan/ Foto: pexels.com/cottonbro

Pada tahun 1990, Rebecca Lolosoli diusir oleh keluarganya dan dianiaya oleh sekelompok pria akibat menolak praktek mutilasi genital perempuan. Ketika dirawat di rumah sakit, dia mulai berpikir untuk membuka desa yang mana pria dilarang masuk.

Dipilihnya nama Umoja karena memiliki arti persatuan dalam bahasa Swahili. Para perempuan di Umoja selalu bersatu untuk bekerja sama menjadikan kehidupan mereka lebih baik. Selain itu, mereka juga mengajarkan satu sama lain pentingnya hak-hak perempuan.

Selain Rebecca Lolosoli, ada salah satu penghuni awal Umoja lainnya yang bernama Jane Nolmongen. Perempuan 53 tahun ini datang ke Umoja dari Kenya Utara setelah diusir suaminya karena diketahui bahwa dia diperkosa oleh tentara Inggris.

Jumlah Warga yang Terus Meningkat


Ilustrasi anak-anak Afrika/ Foto: pexels.com/Shelagh Murphy

Kebanyakan warga awal Desa Umoja adalah para perempuan dari Samburu yang mengalami kekerasan seksual, diusir, dan dihilangkan haknya atas harta benda atau anak-anak mereka. Sampai saat ini, warga Desa Umoja juga mereka yang melarikan diri dari pernikahan dini dan praktek mutilasi genital perempuan.

Pada awal dibukanya Desa Umoja, ada sebanyak 15 perempuan yang menghuni. Pernah suatu hari populasi desa ini mencapai 50 keluarga. Pada tahun 2021, ada total sebanyak 37 perempuan beserta anak-anak mereka yang tinggal di Desa Umoja.

Semuanya tinggal di rumah masing-masing yang dibangun bergotong royong. Ada pula sebuah sekolah di desa yang mennjadi tempat anak-anak mereka menuntut ilmu. Semua bangunan di Desa Umoja dikelilingi oleh pagar yang berasal dari ranting kayu berduri.

Sumber Pendapatan Warga Desa


Ilustrasi perempuan Afrika dengan perhiasan manik-manik/ Foto: pexels.com/Follow Alice

Warga desa yang semuanya perempuan ini mencari nafkah dengan cara menjual madu dan suvenir manik-manik buatan tangan kepada turis yang datang. Sayangnya, mereka juga terdampak pandemi COVID-19. Sama sekali tidak ada turis yang berkunjung selama pandemi.

Mereka memikirkan cara lain untuk mencari sumber pendapatan baru. Warga desa memutuskan bahwa jika ada seorang warga yang mempunyai tabungan, tabungan itu yang akan dipakai seluruh warga sampai mereka bisa menjual manik-manik lagi.

Pencapaian yang Didapat Warga


Ilustrasi perempuan berprofesi sebagai jurnalis/ Foto: pexels.com/cottonbro

Bukti dari suksesnya perempuan-perempuan ini setelah tinggal di Desa Umoja contohnya adalah Jane Nolmongen. Dia berhasil menyekolahkan 8 anaknya dan memiliki hak atas tanah tempat tinggalnya. Selain itu, dia juga memiliki pekerjaan mulia yang menghasilkan.

Dua anaknya yang sudah dewasa dan lulus sekolah bahkan memiliki profesi yang mentereng. Seorang putra bekerja di kepolisian dan seorang putri bekerja sebagai jurnalis. Sungguh suatu perjuangan yang mengagumkan dari seorang ibu ya, Beauties!

Mengajarkan Hak-Hak Perempuan

Desa Umoja/Foto: Getty Images/Anadolu Agency

Para perempuan warga Desa Umoja juga secara rutin pergi ke desa lain untuk mengajarkan hak-hak perempuan. Ditambah memberitahukan pentingnya melibatkan perempuan dalam kepemilikan properti dan tanah.

Warga desa lain diajari untuk tahu hak-haknya sebagai perempuan. Setelah itu ditindaklanjuti untuk memastikan bahwa mereka benar-benar menikmati hak mereka. Hak yang diajarkan dua di antaranya adalah hak memakai pakaian bagus dan hak kepemilikan properti.

Bahkan, seorang pria dari desa tetangga, Desa Nashami bernama Samuel Leyapem mengakui kalau warga Desa Umoja menginspirasi masyarakat sekitar untuk memberikan perempuan lebih banyak hak yang memang sudah menjadi hak mereka. 

Kini, penantian warga Desa Umoja akan kepemilikan sebuah lahan penggembalaan mereka sendiri akan segera diwujudkan. Lahan tersebut berlokasikan sekitar beberapa kilometer dari desa mereka. 

Dibeli beberapa tahun lalu dari tabungan dan donasi, sebentar lagi akan bisa dimiliki secara legal. Adanya sertifikat nantinya bisa membuat mereka terhindar dari bentrokan yang biasa terjadi di wilayah Samburu.

Perjuangan dari para perempuan Desa Umoja sangatlah mengagumkan. Apakah Beauties tertarik untuk mengunjungi desa ini?

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Loading ...