Bagi korban pelecehan seksual, untuk bisa membuka diri dan menceritakan pengalaman buruknya kepada orang lain sama sekali bukan hal yang mudah. Mereka cenderung merasa malu, menyalahkan diri sendiri hingga takut dihakimi atau dikucilkan, sehingga tak jarang memilih untuk diam dan menyimpan ceritanya seorang sendiri.
Dengan berbagai perasaan dan ketakutan ini lah, mereka seringkali membutuhkan waktu lama untuk akhirnya berani 'speak up' soal pengalaman buruknya.
Beauties, jika kamu melihat cerita korban pelecehan di media sosial, yuk hargai keberanian mereka untuk speak up dan tunjukkan rasa empati dengan stop memberi komentar-komentar ini padanya!
1. "Lagian, Bajunya Gitu, Sih.."
Korban pelecehan seksual seringkali disalahkan karena pakaiannya/Foto: Freepik/8photo |
Alih-alih memberi dukungan, banyak orang yang dengan enteng memberikan komentar ini saat korban pelecehan speak up soal kejahatan yang menimpanya. Padahal, pakaian yang dikenakan tidak menjadikan seorang pun layak menerima perlakukan pelecehan seksual.
Survei yang pernah dilakukan oleh Koalisi Ruang Publik Aman (KRPA) juga menunjukkan pakaian korban tidak ada kaitannya dengan tindak pelecehan seksual. Pasalnya, mayoritas tindak pelecehan juga banyak terjadi pada perempuan dengan pakaian yang tertutup. Oleh karena itu, dari pada menyalahkan korban atas pakaiannya, lebih baik tinggalkan komentar positif untuk bantu menguatkan psikis korban ya, Beauties.
2. "Kenapa Nggak Ngelawan?"
Korban yang tidak melawan dianggap menyetujui tindak pelecehan seksual yang dialami/Foto: Freepik/drawlab19 |
Terlalu kaget atau emosional bisa membuat seseorang membeku/tidak berkutik terhadap situasi yang tengah dihadapinya. Kondisi ini disebut tonic immobility atau sensasi kelumpuhan sementara sebagai respon dari rasa takut atau syok yang luar biasa, dan seringkali terjadi pada korban pelecehan.
Pertanyaan-pertanyaan seperti "Kenapa nggak ngelawan?", "Kenapa nggak teriak?" atau "Kenapa nggak langsung lari?" bisa sangat menyakitkan bagi korban dan membuat mereka semakin merasa tidak berdaya.
3. "Ah, Cuma Gitu Doang"
Meremehkan cerita korban pelecehan seksual bisa membuatnya semakin terpuruk/Foto: Freepik/8photo |
Apapun bentuknya, perilaku pelecehan sensual sama sekali bukan hal yang patut dianggap wajar maupun enteng. Jika kamu pernah mendengar kasus pelecehan yang lebih parah, bukan berarti tindak pelecehan yang dialami orang lain bisa dianggap remeh, kemudian ditoleransi begitu saja.
Mengalami tindak pelecehan bisa memberikan trauma yang dalam dan berkepanjangan. Memvalidasi perasaan korban bisa membantunya pulih dan membuatnya tidak lagi merasa sendiri.
4. "Kenapa Baru Cerita Sekarang?"
Korban pelecehan seksual merasa takut dan malu untuk bercerita/Foto: Freepik/Jcomp |
Seperti yang telah diungkapkan di awal, menceritakan pengalaman buruk tentang tindak pelecehan yang dialami bukan hal yang mudah bagi korban. Diperlukan keberanian yang besar untuk melawan rasa malu dan takut, bahkan untuk bercerita kepada orang terdekatnya sekalipun.
5. "Paling Cari Sensasi"
Komentar negatif pada korban pelecehan seksual/Foto: Freepik/Black Salmon |
Saat kasus pelecehan menimpa atau menyeret nama publik figur, banyak warganet yang justru memberi komentar miring dengan menganggap korban hanya ingin mencari perhatian publik.
Speak up yang bisa menjadi cara korban pulih dari traumanya, malah bisa membuat kondisi psikis korban semakin terpuruk. Hal ini kemudian dapat berimbas pada korban-korban pelecehan lain yang merasa semakin takut bercerita sehingga memilih untuk bungkam.
Nah, jika tidak bisa memberikan dukungan positif, setidaknya tahan diri untuk tidak merendahkan, menyepelekan atau memberikan komentar-komentar insensitif pada korban ya, Beauties.