
Mengenal Fat Acceptance, Bentuk Dukungan dan Melawan Diskriminasi Tubuh Plus Size

Beauties, pernahkah kamu mendengar istilah fat acceptance? Fat acceptance adalah pengakuan bahwa tubuh dengan bentuk dan ukuran apa pun sama layaknya. Pendukung gerakan ini bekerja untuk meningkatkan kualitas hidup orang bertubuh besar atau plus size dan melawan diskriminasi terhadap mereka di berbagai industri, seperti kesehatan, mode, dan pekerjaan.
Aktivis fat acceptance telah digambarkan sebagai pendukung "fat rights" atau "fat liberation". Melansir dari Very Well Mind, berikut pemahaman lebih lanjut seputar gerakan fat acceptance dan diskriminasi yang dihadapi orang bertubuh plus size.
Definisi Fat Acceptance
![]() Mengenal fat acceptance/Foto: Freepik.com/master1305 |
Sebagai hasil dari gerakan politik tahun 1960-an, fat acceptance adalah bentuk aktivisme yang mengungkap dan menantang hambatan yang dihadapi orang bertubuh plus size di masyarakat. Sama seperti orang kulit berwarna, orang berpenghasilan rendah, dan orang penyandang disabilitas, orang bertubuh plus size juga mengalami diskriminasi institusional.
Bahkan, tidak jarang orang bertubuh plus size termasuk dalam kelompok terpinggirkan. Di sinilah NAAFA atau National Association to Advance Fat Acceptance didirikan, mereka bekerja untuk melindungi hak-hak orang bertubuh plus size di masyarakat.
Body Positivity dan Body Neutrality Berbeda dengan Fat Acceptance
![]() Mengenal fat acceptance/Foto: Freepik.com/master1305 |
Meskipun fat acceptance sering dikaitkan sebagai sinonim dari body positivity, sebenarnya mereka tidak sama. Akar politik gerakan fat acceptance berbeda dengan gerakan body positivity, yang secara tidak eksplisit melawan bias anti-gemuk di masyarakat.
Sementara itu, para pendukung body neutrality lebih fokus pada fungsi tubuh daripada penampilan. Mereka akan mengungkapkan rasa syukur ketika tubuh memiliki kesehatan yang baik daripada penampilan yang menawan. Sama seperti body positivity, gerakan ini tidak berbagi akar politik dengan fat acceptance.
Sejarah Fat Acceptance
![]() Mengenal fat acceptance/Foto: Freepik.com/rawpixel.com |
Pada tahun 1967, sekitar lima ratus orang berkumpul di Central Park, New York, sambil membawa spanduk bertuliskan "Fat Power" dan "Think Fat". Steve Post, penyelenggara acara yang merupakan tokoh radio lokal kala itu mengungkapkan bahwa dirinya telah dipermalukan karena ukuran tubuhnya. Post memiliki tinggi sekitar 180 cm dan berat 113 kg.
Tahun berikutnya, gerakan fat acceptance mendapat dukungan ketika Llewelyn Louderback menulis artikel yang mendesak orang untuk menentang diet atau budaya penurunan berat badan. Pada tahun 1969, Louderback dan Bill Fabrey mendirikan NAAFA karena mereka telah menyaksikan langsung diskriminasi ukuran tubuh terhadap istri mereka.
Diskriminasi yang Dihadapi Orang Bertubuh Plus Size
![]() Mengenal fat acceptance/Foto: Freepik.com/katemangostar |
Saat ini, sudah semakin banyak orang-orang bertubuh plus size yang berani membuka suara tentang diskriminasi yang mereka alami dan para peneliti terus mencari tahu lebih dalam mengenai fatphobia. Berikut beberapa diskriminasi yang telah dialami orang bertubuh plus size:
- Perempuan bertubuh plus size mendapatkan hukuman pidana lebih berat dibandingkan perempuan bertubuh kurus, gaji mereka juga lebih rendah, dan kecil kemungkinan bagi mereka diterima di perguruan tinggi.
- Masyarakat masih berasumsi bahwa orang bertubuh plus size terlalu malas atau terlalu memanjakan diri.
- Mereka juga mengatakan bahwa dokter sering mengabaikan masalah kesehatan yang mereka alami dan justru balik menyalahkan mereka.
Lebih dari lima puluh tahun gerakan fat acceptance dimulai, orang-orang bertubuh plus size masih mengalami sejumlah diskriminasi di masyarakat. Inilah yang menjadi alasan gerakan fat acceptance masih bertahan hingga sekarang, justru semakin bertambah pendukung gerakan ini.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!