Kecepatan Mengunyah Makanan Bisa Memengaruhi Berat Badan, Benarkah? Ini Penjelasan Ahli

Riswinanti Pawestri Permatasari | Beautynesia
Senin, 28 Nov 2022 20:00 WIB
Kecepatan Mengunyah Makanan Bisa Memengaruhi Berat Badan, Benarkah? Ini Penjelasan Ahli
Ilustrasi makan/Foto: Freepik.com/freepik

Banyak orang merasa tubuhnya mudah mengalami kenaikan berat badan namun susah menurunkannya. Olahraga dan asupan nutrisi seimbang dirasa sepertinya tidak memberikan hasil signifikan karena angka timbangan terus bertambah. Jika demikian, coba periksa apakah kamu sudah mengunyah makanan dengan cara yang benar, Beauties?

Berbagai studi mengungkapkan bahwa kecepatan mengunyah makanan ternyata sangat berpengaruh pada berat badan. Semakin lambat, maka semakin kecil pula kemungkinan tubuh mengalami obesitas. Tapi benarkah kedua hal itu berkaitan? Dilansir dari berbagai sumber, berikut penjelasannya!

Bagaimana Cara Mengunyah Makanan yang Benar?

Kecepatan Mengunyah Makanan/Foto: Pexels.com/Tim Samuel
Kecepatan Mengunyah Makanan/Foto: Pexels.com/Tim Samuel

Time memaparkan beberapa rekomendasi tentang mengunyah dari para ahli. Menurut sistem pengobatan Ayurveda yang diterapkan bangsa India sejak 7000 tahun lalu, mengunyah makanan dengan pelan hingga hancur adalah salah satu cara untuk menjaga kesehatan pencernaan. Tujuannya adalah adalah untuk memisahkan nutrisi penting dengan komponen makanan yang tak bisa dicerna tubuh.

Sementara itu, pada tahun 1900an, Horace Fletcher yang menyebut dirinya sebagai ahli nutrisi ekonomis merekomendasikan untuk mengunyah makanan hingga mencair layaknya benda padat yang mengalami likuifaksi (pencairan). Dia percaya bahwa semakin lama makanan dihancurkan, maka semakin banyak nutrisi yang diserap tubuh.

Namun penulis sains Mary Roach memaparkan bahwa konsep yang diterapkan Fletcher akan membuat seseorang mengunyah hingga ratusan kali untuk sekali suap. Hal ini berlawanan dengan rekomendasi kebanyakan ahli yang menyatakan bahwa mengunyah sebanyak 30 kali sudah cukup untuk menghancurkan makanan.

“Perut manusia melakukan tugasnya dengan baik untuk menguraikan makanan dan menyerap nutrisi,” ungkap Roach menyanggah pendapat Fletcher.

Meski sistem pencernaan telah memiliki fungsi yang baik, namun para ahli merekomendasikan untuk mengunyah perlahan kurang lebih sebanyak 30an kali. Selain bertujuan untuk meringankan kinerja lambung, menghancurkan makanan di dalam mulut juga akan membantu menjaga berat badan.

Diet-induced Thermogenesis (DIT) Sebagai Faktor Pencegah Obesitas

Kecepatan Mengunyah Makanan/Foto: Pexels.com/Anna Shvets
Kecepatan Mengunyah Makanan/Foto: Pexels.com/Anna Shvets

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Universitas Waseda, dilansir dari laman Earth, mengunyah makanan perlahan berkaitan dengan Diet-induced Thermogenesis (DIT). DIT, yang juga dikenal dengan istilah efek termal makanan, adalah jumlah energi yang dikeluarkan, di atas tingkat metabolisme basal, sebagai dampak dari pemrosesan makanan. Dengan kata lain, jika kamu mengonsumsi makanan dengan jumlah kalori tertentu, maka 10 persen dari kalori itu akan digunakan untuk memproses makanan tersebut.

Memperkuat pendapat tersebut, laman Study Finds juga memaparkan salah satu studi bahwa proses mengunyah juga membutuhkan energi. Karenanya, semakin lama seseorang menghancurkan makanan dalam mulut, maka semakin banyak pula energi yang terpakai. Dengan kata lain, walau terlihat sepele, namun aktivitas ini dipercaya cukup berperan meningkatkan metabolisme dan intestinal, sehingga dapat menekan risiko obesitas.

Kecepatan Mengunyah Makanan Ternyata Bisa Memengaruhi Berat Badan, Benarkah?

Kecepatan Mengunyah Makanan/Foto: Pexels.com/Tirachard Kumtanom

Didukung Hasil Penelitian

Kecepatan Mengunyah Makanan/Foto: Pexels.com/Pixabay
Kecepatan Mengunyah Makanan/Foto: Pexels.com/Pixabay

Hubungan DIT dan pencegahan obesitas yang dipaparkan di atas mungkin terdengar klise dan mengada-ada bagi beberapa orang. Meski demikian, hal tersebut ternyata sudah pernah diuji secara ilmiah oleh beberapa ilmuwan. Salah satu yang terkenal adalah studi oleh Dr. Yuka Hamada dan Professor Naoyuki Hayashi dari Universitas Waseda.

Penelitian ini melibatkan 11 relawan pria yang diminta mengonsumsi makanan padat dan cair dalam waktu yang berbeda. Hasilnya menunjukkan bahwa aktivitas mengunyah makanan padat ternyata meningkatkan DIT secara signifikan dibandingkan saat mereka menelan asupan cair.

Selain itu, diketahui bahwa aktivitas mengunyah juga meningkatkan sirkulasi di arteri celiac, sehingga pasokan darah ke lambung, kerongkongan perut, limpa, pankreas, dan usus 12 jari juga meningkat. Secara umum, hal ini membuat sistem pencernaan lebih aktif dan bekerja dengan baik.

Kesimpulan

Ilustrasi Kecepatan Mengunyah Makanan/Foto: Unsplash.com/Priscilla Du Preez
Ilustrasi Kecepatan Mengunyah Makanan/Foto: Unsplash.com/Priscilla Du Preez

Berdasarkan penjelasan di atas, maka bisa disimpulkan bahwa durasi mengunyah ternyata berpengaruh pada penggunaan energi. Semakin lama makanan diproses dalam mulut, maka semakin banyak kalori yang digunakan sehingga memperkecil penumpukan lemak penyebab obesitas. Adapun jumlah kunyahan yang disarankan adalah kurang lebih 30 kali sekali suap.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE