3 Efek dari Swipe untuk Mencari Pasangan di Aplikasi Kencan Online Terhadap Kondisi Kesehatan Mental
Pada musim gugur 2012, masyarakat dunia diterpa oleh inovasi baru di bidang teknologi yang akan mengubah dunia kencan sedemikian rupa dengan kehadiran Tinder. Tinder adalah aplikasi yang dibuat untuk melihat profil orang yang berpotensi menjadi pasanganmu.
Kamu bisa menunjukkan rasa suka dengan cara swipe kanan atau menolak orang yang dipasangkan denganmu itu dengan cara geser ke kiri. Namun, dilansir dari Psych2Go, aplikasi kencan online berbasis swipe ini ternyata membawa efek tertentu bagi kondisi mental seseorang! Apa saja?
Sangat Membuat Ketagihan
Aplikasi kencan online dengan metode menggeser atau swipe menggali insting evolusioner paling dasar dari manusia, yakni mendorong kita untuk mencari imbalan dalam bentuk rangsangan emosional. Kamu yang mengambil jurusan psikologi mungkin langsung paham bahwa fenomena ini adalah contoh teori pengondisian operan.
Perilaku manusia didorong oleh penguatan positif. Contohnya adalah ketika kamu menggeser profil yang disajikan oleh aplikasi kencan online, kamu akan mendapat imbalan positif, yakni menemukan pasangan kencan yang cocok.
Ilustrasi/Foto: freepik.com/freepik |
Menemukan pasangan yang cocok adalah imbalan yang memuaskan karena menunjukkan bahwa kamu diinginkan oleh orang lain, sehingga akan meningkatkan rasa percaya dirimu. Sebagai respons atas hal ini, pusat imbalan dalam otak akan dipenuhi ledakan dopamin yang membuatmu merasakan perasaan luar biasa.
Sayangnya, perasaan ini hanya berlangsung secara singkat. Jadi, sebagai gantinya, kamu akan terus menggeser profil yang ditunjukkan padamu sampai bisa mendapatkan respons imbalan itu kembali.
Rasa bahagia karena menemukan pasangan kencan yang cocok ini sendiri akan terasa bagai angin segar bagimu karena merupakan fenomena yang acak. Kamu tidak akan pernah tahu berapa kali swipe lagi yang harus kamu lakukan untuk mendapatkan kecocokan.
Kamu akan bertindak bak penjudi yang bermain di mesin slot, bedanya kamu menghabiskan waktu berjam-jam untuk menggeser profil di aplikasi sampai kamu kehabisan orang untuk dicocokkan. Hal ini pada akhirnya akan membuat aplikasi kencan menjadi terasa seperti permainan alih-alih metode untuk mencari cinta.
3 Efek dari Swipe untuk Mencari Pasangan di Aplikasi Kencan Online Terhadap Kondisi Mental
3 Efek dari Swipe untuk Mencari Pasangan di Aplikasi Kencan Online Terhadap Kondisi Kesehatan Mental/Foto: Freepik
Rasa Kecewa terhadap Realita
Menurut peneliti Tomas Chamorro-Premuzic, profil daring seseorang bukanlah representasi akurat dari identitas mereka di dunia nyata. Akibatnya, hasil pasangan kencan yang akan kamu dapatkan mungkin tidak sesuai.
Di era serba digital ini, semua orang punya kuasa untuk mengubah “diri”-nya menjadi siapa pun yang mereka mau. Cukup dengan menggunakan kata-kata yang sugestif dan gambar yang diedit dengan baik, kamu bisa membuat dirimu tampak lebih keren, bergaya, misterius, mampu berkomunikasi dengan baik, dan lain sebagainya.
![]() Ilustrasi kencan (Foto: Unsplash/René Ranisch) |
Meskipun terdengar seperti penipuan, hal ini biasanya tidak dilakukan dengan tujuan jahat. Faktanya, semua orang ingin tampil dalam kondisi terbaik dan tampak menarik ketika membuat sebuah akun di aplikasi kencan online.
Yang terjadi kemudian adalah, kamu akan bertemu dengan pasangan kencan yang profilnya begitu memikat dan bertanya-tanya alasan mereka masih sendiri. Hingga akhirnya, rasa penasaran dan tertarik ini pun kemudian akhirnya runtuh ketika kamu melihat mereka di dunia nyata.
Hal ini bisa terjadi karena menghabiskan waktu lebih banyak dengan identitas digital seseorang hanya akan membuatmu meromantisasi sosoknya yang akan kamu temui di dunia nyata. Sayangnya, ekspektasimu yang sudah terlanjur setinggi langit hanya akan membuatmu kehilangan ketertarikan begitu melihat sosoknya yang asli.
Menurunkan Harga Diri
Penelitian terbaru terhadap efek Tinder dilakukan pada 1.300 mahasiswa tentang cara mereka memandang diri sendiri. Hasil dari survei menunjukkan bahwa kelompok mahasiswa yang menggunakan Tinder punya harga diri yang rendah.
![]() Ilustrasi kencan (Foto: Unsplash/Giorgio Trovato) |
Banyak di antara mahasiswa yang memiliki Tinder merasa tidak senang dengan penampilan wajah dan tubuhnya. Mereka kerap memeriksa penampilan mereka dengan membandingkannya dengan orang lain.
Pengguna Tinder mengekspresikan sangat pentingnya standar sosial untuk kecantikan. Para pengguna aplikasi kencan online ini juga cenderung menganggap dirinya sendiri sebagai objek seksual semata.
Namun, hal ini tidak mengejutkan, mengingat penolakan adalah bagian terbesar dari pengalaman menggunakan aplikasi kencan online. Sebagian besar pengguna hanya menerima balasan dari setengah orang yang cocok dengannya.
Bahkan sebagian besar dari balasan pesan yang mereka terima pun cenderung kasar dan agresif. Fenomena ini akhirnya menyebabkan banyak orang mempertanyakan penampilannya dan mulai fokus pada balasan pesan yang mereka terima.
Pria adalah kelompok pengguna Tinder yang punya rasa percaya diri paling rendah. Menurut peneliti Trent Petrie, kondisi mental seperti ini timbul karena pria lebih sering menerima penolakan ketimbang perempuan.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Ilustrasi/Foto: freepik.com/freepik

