Israel Serang Tenda Wartawan, Jurnalis Palestina Tewas Terbakar Hidup-hidup
Israel terus menggempur Gaza. Menurut laporan AJPlus, Israel telah membunuh lebih dari 1.160 warga Palestina sejak melanggar gencatan senjata bulan lalu dan melanjutkan pemboman besar-besaran.
Terbaru, serangan udara Israel terhadap kamp tenda di dalam kompleks rumah sakit di kota Khan Younis, Gaza selatan, telah menewaskan 10 orang, termasuk seorang jurnalis. Puluhan lainnya dilaporkan terluka parah setelah kamp mereka terbakar.
Sebuah video viral di media sosial menunjukkan seorang jurnalis yang sedang duduk di hadapan sebuah meja, terbakar hidup-hidup akibat serangan Israel. Setelah diidentifikasi, jurnalis tersebut adalah Ahmed Mansour dari kantor berita Palestina Today.
Jurnalis Palestina Tewas Terbakar
Jurnalis Palestina Tewas Terbakar/Foto: Dok. X
Gambar dan video dari halaman rumah sakit Nasser di Khan Younis menunjukkan warga berusaha mati-matian untuk memadamkan api yang membakar deretan tenda. Sebuah video menunjukkan orang-orang berteriak saat seorang pengamat mencoba memindahkan perabotan yang terbakar.
Sementara itu, video lainnya yang menjadi viral di media sosial memperlihatkan jurnalis Ahmed Mansour dari media Palestine Today yang sedang duduk menghadap sebuah meja, tubuhnya dilalap api.
"Rudal (Israel) membakar Rekan Ahmed Mansour dan masih dalam perawatan intensif, menderita luka bakar serius akibat penargetan tenda tempat dia duduk di kamp jurnalis di Rumah Sakit Nasser," kata Wael Abo Omar, seorang jurnalis Palestina, dilansir dari TRT Global.
Rekannya, Helmi al-Faqawi, dilaporkan tewas dalam serangan itu. Kabar terbaru, Ahmed Mansour yang menderita luka bakar parah dilaporkan telah meninggal karena luka-lukanya.
Kesaksian Jurnalis soal Serangan Israel
Ilustrasi/Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto
Seorang fotografer bernama Abed Shaat menceritakan serangan udara Israel di tenda di depan Rumah Sakit Nasser di Khan Younis di Gaza selatan. Shaat bertugas meliput bersama jurnalis lainnya di area tersebut sejak serangan Israel di Gaza pad Oktober 2023 lalu.
Malam itu, Shaat sedang beristirahat setelah kelelahan meliput serangan Israel. Kemudian, ia terbangun ketika mendengar suara ledakan yang sangat besar.
“Saya terbangun karena suara ledakan besar di dekat sini,” kata Shaat. “Rekan-rekan saya dan saya segera keluar dari tenda. [Saya] membawa ponsel untuk merekam. Serangan itu langsung mengenai tenda jurnalis di seberang kami. Saya merasa ngeri – menyerang jurnalis seperti ini!” ungkap Shaat kepada Al Jazeera.
Tenda yang terbakar diketahui milik stasiun TV Palestine Today.
“Saya mulai mengambil gambar dari kejauhan, tetapi saat saya semakin dekat dengan tenda yang terbakar, saya melihat salah satu rekan saya terbakar,” kata Shaat.
“Saya tidak dapat melanjutkan pengambilan gambar. Saya bahkan tidak tahu bagaimana saya mengumpulkan keberanian untuk mendekati api dan mencoba menarik orang yang terbakar keluar," tambah Shaat.
Menurut pengakuan Shaat, api yang melahap tenda tersebut sangat besar, hingga tabung gas yang meledaak.
"Saya mencoba menariknya [jurnalis Helmi al-Faqawi] keluar dengan kakinya, tetapi celananya robek di tangan saya. Saya mencoba dari sudut lain, tetapi saya tidak berhasil. Api semakin membesar, saya terjatuh, saya tidak tahan lagi. Kemudian beberapa orang datang membawa air untuk memadamkan api. Saya tiba-tiba merasa sangat lemah … dan kehilangan kesadaran," ungkap Shaat.
Serangan Israel membakar reporter Palestine Today Hilmi al-Faqaawi hingga tewas bersama pria lainnya bernama Yousef al-Khazindar. Jurnalis Hassan Eslaih, Ahmed al-Agha, Muhammad Fayek, Abdallah Al-Attar, Ihab al-Bardini dan Mahmoud Awad juga terluka.
Lebih dari 200 Jurnalis Tewas akibat Serangan Israel
Hossam Shabat, jurnalis Palestina yang tewas akibat serangan Israel/Foto: X/HossamShabat
Lebih dari 200 jurnalis dan pekerja media telah dibunuh oleh pasukan Israel sejak Oktober 2023, menurut Serikat Jurnalis Palestina. Tenda yang menjadi sasaran Israel berada di luar salah satu rumah sakit terbesar di Gaza selatan.
Wartawan telah berkumpul di rumah sakit sejak awal genosida Israel di Gaza, mencari layanan internet, listrik, dan keamanan yang relatif stabil. Penduduk setempat mengatakan wartawan telah ditempatkan dan melaporkan dari Rumah Sakit Nasser selama serangan Israel.
“Kami tinggal, tidur, dan bekerja di sana. Kami lebih sering bertemu satu sama lain daripada bertemu keluarga kami sendiri,” kata Shaat. “Yang menghubungkan kami … lebih dari sekadar pekerjaan.”
Menurut Jad Shahrour, juru bicara Yayasan Samir Kassir, lembaga pengawas kebebasan media yang berpusat di Beirut, Israel sengaja menyerang wartawan karena mereka tidak ingin siapa pun melaporkan situasi yang kini terjadi di Gaza.
Shaat berbicara tentang luka psikologis yang mendalam yang dirasakannya.
"Bahkan sekarang, saya merasa tidak bisa melupakan apa yang saya lihat. Saya tidak pernah membayangkan dalam hidup saya bahwa saya akan menarik seseorang saat mereka terbakar," ungkapnya.
Dia mengalami luka bakar ringan di kedua tangannya selama upaya penyelamatan dan sekarang tidak dapat memegang kamera.
“Saya merasa lumpuh total. … Untuk siapa kita melakukan ini? Apakah ada yang peduli? Apakah ada yang lebih mengerikan daripada pemandangan ini yang dapat menggerakkan orang?” ujar Shaat.
Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, sedikitnya 50.700 warga Palestina telah dipastikan tewas dan ratusan ribu lainnya terluka dalam genosida Israel di Gaza. Sebagian besar korban adalah anak-anak dan perempuan.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!