Jangan Apatis! Ini Bahaya Bystander Effect dalam Kasus Pelecehan Seksual

Dewi Maharani Astutik | Beautynesia
Senin, 20 Mar 2023 17:00 WIB
Jangan Apatis! Ini Bahaya Bystander Effect dalam Kasus Pelecehan Seksual
Jangan Apatis! Ini Bahaya Bystander Effect dalam Kasus Pelecehan Seksual/Foto: Unsplash/Danie Franco

Kasus pelecehan seksual telah berulang kali terjadi dan dilaporkan di ruang dengar maupun ruang visual publik. Namun, banyaknya kasus yang terjadi nyatanya tidak menjamin terciptanya solusi yang optimal.

Salah satu hal yang paling disoroti adalah peran publik alias bystander dalam beberapa kasus pelecehan seksual yang seolah memberi lampu hijau sehingga pelaku bisa leluasa menjalankan aksinya kepada korban. Hal ini dikenal sebagai bystander effect, yaitu fenomena ketika seseorang membutuhkan pertolongan tapi orang di sekitarnya tidak ada yang membantu.

Dilansir dari The Conservation, inilah pembahasan mengenai bystander effect dalam kasus pelecehan seksual.

Peran Publik dalam Kasus Pelecehan Seksual

Ilustrasi pelecehan seksual (Foto: Unsplash/KamranAydinov)
Ilustrasi pelecehan seksual (Foto: Unsplash/KamranAydinov)

Lebih dari 50 tahun penelitian yang mendokumentasikan bystander effect dengan situasi di mana saksi gagal untuk mencegah terjadinya sesuatu dalam situasi darurat karena mereka berasumsi bahwa orang lain akan mengambil tindakan.

Dalam kasus pelecehan seksual khususnya, penelitian terbaru menunjukkan bahwa ada beberapa alasan yang membuat bystander gagal memberi bantuan kepada korban, yakni karena mereka tidak menyadari adanya pelecehan atau mereka tidak merasa bertanggung jawab untuk memberikan pertolongan.

Alasan lain yang membuat orang di sekitar korban tidak memberi bantuan adalah karena mereka tidak percaya diri bahwa dirinya mampu memberikan pertolongan yang memadai dan orang lain mungkin akan memberikan penilaian negatif karena mereka berusaha ikut campur.

Bahaya Bystander Effect pada Kasus Pelecehan Seksual

Ilustrasi pelecehan seksual (Foto: Freepik/freepik)
Ilustrasi pelecehan seksual (Foto: Freepik/freepik)

Pada tahun 2013, beberapa universitas di Amerika Serikat mulai mengimplementasikan program pelatihan publik alias bystander training programs. Program ini bertujuan untuk mengasah kepekaan generasi muda terhadap tanda terjadinya pelecehan seksual.

Program ini akan mengajarkan generasi muda untuk mengantar temannya pulang ke rumah ketika mereka minum terlalu banyak alkohol, mengajak perempuan yang terlihat tidak nyaman dengan pasangannya untuk berbincang, hingga cara menghubungi petugas keamanan atau berwajib.

Hasil dari pelatihan ini menunjukkan bahwa peserta yang mengikuti pelatihan lebih mampu untuk mengambil tindakan pencegahan dibandingkan yang tidak.

Jangan Apatis! Ini Bahaya Bystander Effect dalam Kasus Pelecehan Seksual

Woman bondage image blur , stop violence against Women, international women's day

Jangan Apatis! Ini Bahaya Bystander Effect dalam Kasus Pelecehan Seksual/Foto: Getty Images/iStockphoto/Tinnakorn Jorruang

Hal ini membuat pelatihan tersebut dibilang lebih efektif daripada program pelatihan terhadap orang-orang yang berpotensi menjadi korban atau pelaku dalam kasus pelecehan seksual. Hasil ini secara tak langsung menyatakan bahwa publik (bystander) punya kekuatan yang lebih besar untuk mencegah terjadinya pelecehan.

Catcalling adalah salah satu bentuk pelecehan seksual yang juga membutuhkan intervensi dari orang asing selain korban karena sering kali korban hanya bisa diam dan menerima perlakuan itu karena mereka berpikir bahwa itu adalah hal yang wajar.

Ilustrasi pelecehan seksual (Foto: Pexels/Keira Burton)
Ilustrasi pelecehan seksual (Foto: Pexels/Keira Burton)

Pelaku pun akan makin merasa tindakannya wajar karena tidak ada satu pun orang yang memberi peringatan kepadanya. Mereka bahkan akan berasumsi bahwa diamnya korban adalah bentuk persetujuan dan diamnya publik sebagai bentuk standar baku yang berlaku di masyarakat.

Kasus yang menimpa Catherine “Kitty” Susan Genovese pada 13 Maret 1964 adalah contoh nyata betapa pengabaian yang dilakukan saksi dari kasus pelecehan seksual berakhir dengan kematian korban.

Betapa besarnya bahaya bystander effect dalam kasus ini terbukti dari pernyataan pelaku pembunuhan, Winston Moseley, ketika detektif bertanya bagaimana bisa ia tidak takut menyerang Kitty di depan begitu banyak saksi. Jawaban dari Moseley adalah bahwa ia tahu orang lain tidak akan melakukan apa pun. Tidak akan pernah.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.