Viral di Medsos, Ini Kronologi Penumpang Perempuan Jadi Korban Pelecehan Seksual di KRL Jabodetabek

Nadya Quamila | Beautynesia
Rabu, 26 Oct 2022 17:00 WIB
Viral di Medsos, Ini Kronologi Penumpang Perempuan Jadi Korban Pelecehan Seksual di KRL Jabodetabek
Viral di Medsos soal Kasus Pelecehan Seksual di KRL/Foto: Getty Images/iStockphoto/Tinnakorn Jorruang

Viral di media sosial soal kasus pelecehan seksual yang dialami seorang penumpang perempuan di KRL Commuterline jurusan Bekasi-Kampung Bandan. Pengalaman tak mengenakkan tersebut ia bagikan melalui akun Twitternya, @kochengable, Selasa (25/10).

"KRL JABODETABEK BENER-BENER BUKAN TEMPAT YG AMAN BUAT PEREMPUAN, KAH? KEMAREN ADA YG ONANI DI ROK GUE, HARI INI REMES2 PANTAT. 2HARI BERTURUT2, APA GA GILA GUE?! @InfoKRL @CommuterLine @KAI121. TOLONG LA KEAMANANNYA LEBIH DIPERKETAT LAGI WALAU GUE AKUI PELAYANAN KALIAN UDH BAGUS," cuit akun tersebut.

Perempuan itu pun menceritakan kronologi pelecehan seksual yang ia alami. Saat itu, kondisi gerbong sangat padat. Ia mengatakan bahwa untuk menggerakkan kaki dan tangannya saja sangat sulit karena begitu ramai penumpang. Kala itu, ia merasa sudah curiga dengan seorang pria yang berdiri di belakangnya.

Setiap kereta berhenti, pria itu seperti mencari kesempatan untuk mendorong alat kelamin ke arah belakang korban. Karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk berpindah tempat, korban pun bingung dan shock

Ilustrasi kereta api.Ilustrasi KRL/ Foto: Getty Images/Mahardika

"Gue bingung mau pindah ga bisa, ngubah posisi ga bisa, mau ngomong tp bener2 syok banget dan kayak ga mungkin, semua orang keadaannya lagi emosi dan sama urusannya sendiri karena kereta sepadet itu," tuturnya.

Sampai akhirnya ketika kereta berhenti di Stasiun Sudirman, kondisi gerbong kereta sudah lebih lega dan korban bisa berpindah posisi. Begitu ia turun dari kereta, ia merasa ada yang aneh dari rok yang ia kenakan.

"Sampe akhirnya pas di Sudirman baru bisa lega dan pindah posisi. Turun dari kereta, iseng benerin rok, kok belakang gue kaya basah aneh gitu, SUMPAH GUE PUN GA PAHAM GMN CARA DIA NGELAKUINNYA. Nyampe kantor gue kamar mandi dan liat rok. Mau nangis ga bisa, ngamuk ga bisa," ungkapnya.

Korban yakin bahwa yang mengalami pelecehan seksual di KRL bukan hanya dirinya saja. Namun bisa jadi korban tidak sadar akan bentuk pelecehan seksual itu sendiri atau takut dan tidak berani melapor.

Korban kemudian menceritakan pelecehan seksual kedua yang ia alami di KRL. Kali ini, ia memberanikan diri untuk menegur pelaku dan melapor.

"Gue beraniin diri buat tegur dan lapor, walau jujur ternyata ini ga mudah terlebih buat gue yang panik dikit badan tremor," paparnya.

Saat itu, pelaku sedang berada di belakang korban. Tangan pelaku seakan sengaja menyentuh dan meremas pantat korban. 

"Awalnya gue masih 'oke' dan ga mau suudzon karena kereta emang sepadet itu, tapi pas banyak penumpang yang udah turun dan lega, dia masih di belakang gue. Gue di depan pintu, persiapan mau turun di Tanah Abang, dia malah ambil kesempatan ngeremes pantat gue pas mau turun karena pada desek2an mau turun, gila bukan main rasanya temor tapi harus tetep negor dan marah, emosi," ungkapnya.

Satpam di stasiun tersebut langsung sigap membantu korban. Ada pula penumpang perempuan lain yang membantu korban.

"Tapi tadi bapak satpamnya langsung sigap nyamperin dan ngurus, gue langsung di rangkul mba2 yg ga gue tau siapa. Dianterin sampe ke atas. Mba, siapapun kamu, makasih banyak yaa semoga sehat selalu," tuturnya.

Merespons utas yang dibuat korban, akun Twitter resmi @CommuterLine meminta maaf atas kejadian tersebut dan menawarkan bantuan.

Young woman showing her denial with NO on her handIlustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Tharakorn

"Selamat pagi kak, mohon maaf atas ketidaknyamanannya, terkait informasi yang diberikan kami sampaikan ke petugas keamanan terkait, apabila mengetahui kakak berada di KA sebagai nomor berapa, atau keberangkatan dan tujuan stasiun mana? Tks," cuitnya.

Netizen pun ramai ikut berbagi soal pengalaman menjadi korban pelecehan seksual di gerbong KRL. Dalam setahun ini, ada begitu banyak kasus pelecehan seksual serupa yang kemudian viral di media sosial.

Meskipun siapa saja bisa menjadi korban, namun tak bisa dipungkiri fakta bahwa kaum perempuan lah yang sering kali dijadikan target pelecehan seksual. Miris dan sangat disayangkan ketika rasa takut, cemas, tak aman, dan khawatir seakan jadi makanan perempuan sehari-hari ketika harus bepergian menggunakan transportasi publik.

Tak hanya itu, terkadang orang sekitar yang menyaksikan aksi pelecehan tersebut tidak membantu, hanya diam, dan bersikap tidak ada yang terjadi. Atau ada pula pelaku yang malah 'playing victim' ketika korban berani melawan dan bersuara.

Pelaku Pelecehan Seksual di Transportasi Publik Bisa Dijerat UU TPKS

Teen boy protects himself with his hand in the palm of his inscription Ilustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Serghei Turcanu

Para pelaku pelecehan seksual di transportasi publik bisa dijerat dengan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS). UU TPKS memasukkan sembilan jenis kekerasan seksual yang bisa dijerat pidana, di antaranya pelecehan seksual non fisik dan fisik.

Dalam Pasal 5 UU TPKS, pelaku pelecehan seksual non fisik dapat dipidana hingga 9 bulan penjara dan denda paling banyak Rp10 juta. Pelecehan seksual non fisik sendiri kerap terjadi di ruang publik, termasuk di transportasi publik, misalnya seperti catcalling yang masih kerap terjadi. Pelecehan seksual non fisik sendiri meliputi pernyataan, gerak tubuh, atau aktivitas yang tidak patut dan mengarah kepada seksualitas dengan tujuan merendahkan atau mempermalukan.

Sementara itu untuk pelecehan fisik, sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UU TPKS, pelaku dapat dipidana hingga 12 tahun penjara dan denda paling banyak Rp300 juta.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
CERITA YUK!
Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE