Viral Pria Lakukan Ekshibisionis, Komnas Perempuan Minta Pemkot Depok Pasang Stiker Larangan Masturbasi di Angkot
Beberapa waktu lalu viral di media sosial video seorang pria melakukan aksi ekshibisionis hingga masturbasi di dalam angkot di Depok, Jawa Barat. Angkot tersebut diketahui ramai dengan penumpang perempuan. Kini pihak kepolisian tengah memburu pria tersebut.
Akibat aksi pria tersebut, Komnas Perempuan meminta agar Pemerintah Kota (Pemkot) Depok memasang peringatan larangan lakukan pelecehan seksual. Komisioner Komnas Perempuan Siti Aminah Tardi mendorong perusahaan transportasi publik dan pemerintah daerah untuk membantu mengatasi pelecehan seksual di angkutan umum.
"Kita harus dorong adalah perusahaan transportasi publik dan pemerintah daerah, termasuk angkot, menyediakan informasi tentang kekerasan seksual, bagaimana mengadu dan membantu korban. Misalkan di jendela atau pintu ditempel stiker: 'Dilarang melakukan pelecehan seksual, onani, dan bentuk kekerasan lain di angkot ini,'" kata Komisioner Komnas Perempuan, Siti Aminah Tardi, Selasa (17/10), dilansir dari detikNews.
Pemasangan larangan itu, menurut Siti, akan mengurangi potensi terjadinya pelecehan seksual di angkutan umum.
"Dengan terus disosialisasikan, korban akan memahami bentuk-bentuk kekerasan seksual dan bagaimana mengadunya, juga calon pelaku akan berpikir ulang untuk melakukannya," katanya.
Kata Komnas Perempuan soal Reaksi Penumpang Angkot
Seorang pria melakukan aksi ekshibisionis hingga onani di dalam sebuah angkot di wilayah Depok, Jawa Barat. Polisi kini memburu pria tersebut/Foto: Tangkapan layar video viral
Dalam video viral, satu orang penumpang merekam aksi pria yang tengah masturbasi. Sementara itu penumpang lainnya diam tak melarang atau menegur pelaku. Namun, menurut Siti, kita tidak boleh langsung menyalahkan sikap diam dari penumpang lain.
"Kita tidak bisa serta merta menyalah kan pada korban dalam hal ini penumpang angkot, karena tidak teriak atau menangkap pelaku. Karena reaksi setiap orang Ketika ada kekerasan seksual itu berbeda," katanya.
Menurut Siti, ketika seseorang dihadapkan dengan situasi tersebut, reaksinya bisa berbeda-beda. Ada yang menghindar, merekam aksi tersebut kemudian membuatnya menjadi viral, hingga diam, takut, dan membeku. Hal ini dikenal dengan istilah tonic immobility.
Tonic immobility adalah kondisi kelumpuhan sementara pada seseorang saat menghadapi ancaman intens, misalnya seperti pelecehan seksual. Korban merasakan ketakutan luar biasa sehingga susah berbicara dan susah bergerak sehingga stimulasi apapun tidak akan bisa menggerakkan tubuhnya.
Komnas Perempuan mendukung proses hukum yang sedang dijalankan oleh Polres Metro Depok. Menurutnya, pelaku sudah melakukan tindak ekshibisionis.
"Kami mendukung upaya Polres Depok yang melakukan penyelidikan dan pencarian terhadap pelaku ekshibisionis karena perilaku mempertontonkan alat kelamin dan onani melanggar kesusilaan dan menjadikan transportasi publik -dalam hal ini angkot- menjadi tidak aman bagi perempuan," katanya.
Kronologi
Ilustrasi/Foto: Unsplash.com/Melanie Wasser
Viral seorang pria melakukan masturbasi di sebuah angkot di Depok, Jawa Barat. Dalam video yang beredar, pelaku mengenakan celana panjang berwarna coklat dan baju abu-abu. Kondisi angkot pun terlihat ramai oleh penumpang lainnya.
Mulanya pelaku mencoba duduk berdekatan dengan penumpang perempuan lain. Penumpang yang bersangkutan merasa tidak nyaman kemudian menghindari saat terus dipepet pelaku.
Namun, tak lama setelahnya, pelaku justru mengeluarkan alat kelaminnya dan memainkannya di depan penumpang lain.
Kasat Reskrim Polres Metro Depok Kompol Hadi Kristanto mengatakan pihak kepolisian kini tengah memburu pelaku. Polisi juga melakukan penyelidikan ke beberapa terminal angkot untuk menanyakan hal tersebut.
"Sedang kita laksanakan penyelidikan ke angkot angkot dan terminal. Kami masih cari pelakunya," kata Kompol Hadi.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Pilihan Redaksi |