
Perempuan Lebih Rentan Alami Depresi, Mitos atau Fakta?

Beauties, upaya pencegahan depresi di Indonesia semakin gencar dilakukan. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa saat ini jumlah penderita gangguan jiwa di dunia mencapai 450 juta jiwa. Bahkan, gangguan jiwa sendiri memiliki prosentase jumlah kasus penyumbang kematian yang cukup tinggi di Indonesia. Selama tiga dekade, depresi masih menempati urutan tertinggi yang banyak dialami oleh masyarakat khususnya di Indonesia.
Depresi dapat dialami oleh siapa saja. Tidak memandang usia, tempat tinggal, pekerjaan, bahkan jenis kelamin. Namun dari berbagai kasus yang terjadi, depresi kerap kali identik dialami oleh perempuan. Lantas, apakah benar perempuan rentan mengalami depresi? Lalu, apa penyebabnya? Berikut ini penjelasannya!
Kondisi Hormon
![]() Ilustrasi Perempuan Sedih/foto: pexels.com/liza-summer |
Melansir dari Very Well Mind, kelompok risiko yang mengalami depresi sebagian besar berada pada usia 25-44 tahun, di mana pada usia tersebut berkaitan dengan usia reproduksi. Faktor risiko hormonal dapat berperan terhadap kondisi depresi pada perempuan. Hormon estrogen dan progesteron dapat mempengaruhi neurotransmitter yang dapat berpengaruh terhadap kondisi suasana hati pada perempuan.
Kondisi ini menjadi semakin terlihat saat perempuan memasuki siklus menstruasi. Adanya ketidakseimbangan hormon juga menjadi pengaruh perempuan mengalami gangguan suasana hati yang berkaitan dengan siklus menstruasi seperti gangguan dysphoric pramenstruasi (PMDD), yaitu gangguan mood yang ditandai dengan gejala depresi yang terjadi sebelum dimulainya siklus menstruasi. Belum lagi ketidakseimbangan hormon yang terjadi saat hamil maupun melahirkan. Hal tersebut juga dapat meningkatkan resiko depresi pada perempuan.
Sosiokultural
![]() Stress Bekerja/foto: pexels.com/energepiccom |
Adanya peran ganda sebagai perempuan karier sekaligus menjadi pengurus rumah tangga, menjadikan sebagian perempuan mengalami tekanan. Melansir dari Psychology Today, adanya beban yang harus ditanggung dalam mempertahankan rumah tangga, membesarkan dan merawat anak sekaligus menanggung beban pekerjaan menjadikan perempuan rentan mengalami stres hingga berujung depresi.
Cara Memecahkan Masalah
![]() Ilustrasi Perempuan sedang Merasa Tertekan/foto: pexels.com/shvet production |
Sebagian perempuan yang lebih mengedepankan perasaan ketimbang logika seringkali terjebak dalam perasaannya sendiri. Belum lagi skenario-skenario rumit yang berada dalam kepalanya sering kali mengganggu kondisi kesehatan mental.
Melansir dari Very Well Mind, sebuah studi menunjukkan bahwa perempuan cenderung menggunakan gaya pemecahan masalah yang lebih berfokus pada emosi, seperti merenungi masalah dan terlalu memikirkannya ketimbang harus menyelesaikannya. Hal ini tentunya berdampak buruk, alih-alih masalah tersebut dapat terselesaikan justru bisa semakin membesar.
Beauties, depresi bisa menyerang siapa saja. Namun, sebagai perempuan yang memiliki faktor risiko depresi, segeralah untuk memperhatikan kondisi kesehatan mentalmu. Kunjungi profesional seperti psikolog maupun psikiater untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut saat kamu merasa beban yang kamu tanggung sudah cukup berat.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!