Viral di Medsos, Content Creator Ini Bikin Konten Prank yang Menjurus ke Pelecehan Seksual, Netizen: Stop Standar Ganda!
Viral di media sosial seorang content creator bernama Talitha Pavita menuai kritikan tajam dari netizen. Baru-baru ini ia mengunggah video yang dianggap netizen menjurus pada pelecehan seksual.
Dalam potongan video yang beredar di media sosial, terlihat Talitha seolah-olah sedang bertanya soal alamat ke beberapa pria. Yang membuat netizen geram, Talitha berdiri terlalu dekat bahkan bagian dadanya hampir menempel ke arah lawan bicaranya.
"Lu naik apaan?" tanya salah seorang driver ojek online yang menjadi lawan bicara Talitha.
"Jalan kaki bisa nggak?" balas Talitha.
Viral konten prank bernuasa pelecehan seksual di media sosial/ Foto: Twitter |
"Nggak bisa jauh.."
Lalu, melihat badan Talitha yang berada begitu dekatnya, driver ojek online itu pun meminta Talitha agar menjauhkan badan darinya.
"Jangan deket-deket dulu..." ujar pria tersebut.
"Oh, biar kedengaran soalnya,"Â jawab Talitha.
Tak hanya itu, Talitha juga mencoba bertanya kepada seorang pria yang sedang duduk di sebuah taman. Talitha kembali berusaha berbicara dengan jarak yang sangat dekat.Â
Konten video prank itu pun menuai kritik tajam dan pedas dari para netizen di media sosial. Banyak yang menganggap bahwa aksi yang dilakukan Talitha merupakan pelehan seksual dan membuat lawan bicaranya terlihat tidak nyaman dan risih.
"Itu ceweknya yang udah melakukan pelecehan. Yang harusnya jadi fokus tuh ngasih ganjaran ke ceweknya biar ga melakukan hal ini lg dan ngasih kabar ke seluruh dunia bahwa; gais ini namanya pelecehan, cowok jg bisa kena pelecehan, stop pelecehan," tulis akun @levi******.
"Ga ngerti apa yang ada di pikiran cewek itu dengan bikin konten begini. Sangat ga sensitif dengan kondisi banyaknya wanita menjadi korban pelecehan," tulis akun @hida******.
Salah seorang netizen mengungkapkan bahwa Talitha juga pernah mengunggah konten prank bernuansa pelecehan lainnya di akun media sosialnya.
"Aku pernah nemu videonya yang meganingin tangan pacar orang di eskalator, terus aku check akunnya isinya emng konten kayak gini," tulis akun @lovi*****.
Standar Ganda dari Konten Viral Minim Etika
Viral di Medsos, Content Creator Ini Bikin Konten Prank yang Menjurus ke Pelecehan Seksual, Netizen: Stop Standar Ganda!/Foto: Getty Images/markgoddard
Konten menjurus pelecehan seksual seperti ini bukan yang pertama kali. Sudah tak terhitung berapa banyak konten serupa yang menjadi viral dan pada akhirnya merugikan masyarakat. Kualitas konten dikesampingkan demi mengejar 'viral'.
Selain kritik atas aksi Talitha yang dianggap tidak pantas, netizen juga menyoroti standar ganda dari situasi tersebut. Sebagai informasi, standar ganda atau double standard adalah istilah untuk menggambarkan kondisi di mana penerapan serangkaian prinsip yang berbeda untuk situasi yang pada prinsipnya sama.
Jika posisinya dibalik, di mana perempuan yang dilecehkan dan menjadi korban 'konten viral minim etika', serta pria yang menjadi pelakunya, maka akan langsung disebut pelecehan.
Ilustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Serghei Turcanu |
Namun, pada situasi tersebut, yaitu perempuan yang jadi pelaku sementara pria yang jadi korban, tak sedikit yang menganggap bahwa hal tersebut bukan pelecehan. Komentar berbunyi 'pria itu harusnya senang' berada di posisi tersebut masih sering terdengar.
Perlu dipahami, pelecehan seksual tak memandang gender. Pelecehan seksual bisa terjadi pada siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Masyarakat juga harus meningkatkan kesadaran dan pengetahuan akan bentuk-bentuk pelecehan seksual agar kejadian atau konten serupa bisa dihentikan.
Yuk, stop pelecehan seksual dan berhenti membuat konten viral tidak berbobot dan minim etika merajalela di media sosial!
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Pilihan Redaksi |
Viral konten prank bernuasa pelecehan seksual di media sosial/ Foto: Twitter
Ilustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Serghei Turcanu