
Mengenal Tanda dan Penyebab Perilaku Defensif, yang Bikin Seseorang Selalu Merasa Benar

Defensif menjadi salah satu gangguan psikologis yang mendorong penderitanya memiliki rasa aman dengan mengkritik orang lain. Sebagai bentuk perlindungan diri, perasaan malu, cemas, dan khawatir menjadi lebih baik ketika berhasil membandingkan dirinya dengan orang lain.
Bentuk dari perbandingan ini tidak hanya berupa kritikan miring, tapi bisa berupa sindiran dan memberikan penolakan untuk membuktikan bahwa lawan bicaranya melakukan sebuah kesalahan. Perasaan defensif tidak hanya merugikan penderitanya dalam jangka panjang dengan pikiran buruk yang terus terlintas, tapi juga orang lain yang mungkin tidak bersangkutan.
![]() |
Dikutip dari Very Well Mind, perilaku ini memiliki tanda khusus yang dapat dideteksi, Beauties. Termasuk seperti apa penyebab yang menjadi pemicu seseorang mengalihkan perhatian agar kesalahannya tidak menjadi sorotan.
Tanda Defensif
![]() Tanda dan penyebab defensif/foto: freepik.com/kroshka__nastya |
Tanda defensif sebagai bentuk pertahanan yang paling umum adalah berhenti mendengarkan orang lain. Mengetahui adanya anggapan kurang baik mengenai diri hanya akan membuat perasaan cemas semakin mengganggu dan memicu perbandingan dengan orang lain.
Pemilik gangguan psikologis ini cenderung memiliki banyak alasan mengapa anggapan kurang baik dari orang lain mengenai dirinya adalah sebuah kesalahan. Sebagai bentuk penyangkalan, mengungkapkan kelebihan diri dengan menunjukkan kekurangan orang lain seringkali dianggap menjadi solusi.
![]() Tanda dan penyebab defensif/foto: freepik.com/cookie_studio |
Tidak jarang orang yang melakukan kritik atas dirinya akan disalahkan karena sudah berlaku demikian. Menganggap dirinya selalu benar bukan berarti enggan berintrospeksi, melainkan sebagai penyangkalan dari perasaan tidak baik-baik saja.
Menuduh orang lain melakukan kesalahan yang sama juga menjadi tanda defensif dalam melindungi dirinya agar tidak dianggap sebelah mata. Selain itu, keengganannya untuk membahas kesalahan yang sedang terjadi seringkali ditutupi dengan mengungkit kesalahan-kesalahan orang lain di masa lampau.
Penyebab Defensif
![]() Tanda dan penyebab defensif/foto: freepik.com/azerbaijan_stockers |
Gangguan psikologis ini tentu tidak terjadi begitu saja tanpa dipengaruhi oleh sesuatu. Baik berupa kejadian kurang menyenangkan pada diri sendiri atau orang lain, termasuk bagaimana kebiasaan yang terjadi di lingkungan dapat menjadi penyebab defensif.
Hal yang paling umum adalah reaksi dari perasaan tidak aman. Orang yang mengalami ketakutan memberikan respon dengan banyak cara, salah satunya dengan melakukan serangan balik. Tindakan ini memicu kebiasaan untuk melindungi diri dengan melakukan intimidasi ketika berada dalam posisi mengancam.
![]() Tanda dan penyebab defensif/foto: freepik.com/wayhomestudio |
Trauma masa kecil juga mampu menjadi pemicu adanya perilaku defensif. Mengupayakan diri menjadi lebih kuat dapat mendorong perilaku intimidasi pada orang lain untuk membuktikan bahwa dirinya mampu diandalkan.
Enggan memperlihatkan perasaan bersalah dan malunya juga menjadi penyebab defensif yang mendorong seseorang menunjukkan bahwa dirinya selalu berhasil tampil dengan baik. Perasaan bersalah dan malu mampu mengikis harga diri pemilik gangguan psikologis ini.
Sebagai reaksi dari anggapan orang lain yang mampu menyerang karakter, perilaku defensif menjadi perlindungan agar diri tetap merasa aman. Namun, ini juga mampu menjadi boomerang di kemudian hari apabila terus dinormalisasi, Beauties. Apabila kamu menemukan tanda yang diawali penyebab defensif seperti di atas, bisa menemui tenaga profesional, ya!
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!