Secara umum, kecerdasan emosional adalah kemampuan dasar yang dimiliki oleh setiap orang dan berguna untuk memanajemen emosi mereka saat menjalani berbagai hubungan sosial. Tipe kecerdasan satu ini menentukan kemampuan seseorang untuk memahami emosi dan perasaan mereka dan orang-orang di sekitar mereka.
Tingkat kecerdasan emosi seseorang berbeda-beda, ada yang punya kecerdasan emosional tinggi, tetapi ada pula yang kecerdasan emosionalnya cukup rendah. Dilansir dari Ladders, kecerdasan emosional seseorang bisa diamati dari ucapan yang sering dilontarkan kepada orang lain. Apa saja?
"Aku Tidak Peduli"
Komentar atau kalimat yang meremehkan sejenis ini menunjukkan kurangnya rasa empati. Hal ini mengisyaratkan bahwa seseorang yang mengucapkannya tidak mau berupaya untuk memahami keadaan atau situasi lawan bicaranya.
Orang yang memiliki kecerdasan emosional rendah tidak bisa membedakan antara perilaku yang pantas dan tidak pantas. Mereka juga kerap mengatakan sesuatu yang salah di waktu yang salah. Namun, mereka akan bersikap defensif ketika ditegur karena mereka tidak bisa memahami emosi yang dirasakan oleh lawan bicaranya.
Feedback Sandwich
Feedback sandwich adalah metode untuk menyampaikan kritik negatif dengan mengawali dan mengakhiri percakapan dengan kalimat-kalimat yang positif. Metode ini memberikan lebih banyak dampak yang buruk dibandingkan efek yang baik. Selain itu, hal ini juga menunjukkan rendahnya tingkat kecerdasan emosi dari orang yang mengucapkannya.
Pada kenyataannya, orang tidak perlu "dipersiapkan" untuk menerima kritik negatif. Kalimat positif yang diberikan sebelum dan sesudah kritik negatif disampaikan tidak akan berpengaruh karena mereka akan tetap fokus pada kritik negatif itu sendiri.
Justru memberikan kritik dengan metode feedback sandwich hanya akan membuat pendengarnya berpikir bahwa kritik yang mereka terima tidak jelas dan berputar-putar sehingga terdengar lemah.
"Aku Menyesal, Tapi...."
Jika seseorang meminta maaf kepada lawan bicaranya dengan cara ini, maka mereka telah sukses menghancurkan kepercayaan dari lawan bicaranya sekaligus hubungan yang terjalin di antara keduanya.
Kalimat sejenis ini biasa diucapkan oleh orang-orang dengan tingkat kecerdasan emosi yang rendah. Alih-alih meminta maaf dengan tulus dan mengakui kesalahannya dengan jujur, mereka mencari-cari alasan untuk membenarkan tindakannya.
Perilaku seperti ini menunjukkan bahwa seseorang tidak benar-benar berempati terhadap perasaan lawan bicaranya dan tidak dapat memahami dampak seperti apa yang ditimbulkan akibat perbuatannya terhadap orang lain.
Hal ini juga merupakan bukti bahwa mereka melimpahkan kesalahannya pada orang lain. Alih-alih berpikir bahwa situasi menjadi bermasalah karena kesalahannya, mereka akan menyalahkan reaksi orang lain sebagai sesuatu yang membuat suasana menjadi tidak bersahabat.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!